Jumat, 31 Juli 2009

19 tanda gagal ramadhan dan kiat-kiat untuk mengatasinya

19 Tanda Gagal Ramadhan

dan kiat-kiat untuk menghindarinya


Bulan suci sebentar lagi, mudah-mudahan tips sederhana ini menambah bekal Anda sekeluarga meraih kemenangan sejati...


1. Kurang melakukan persiapan di bulan Sya’ban

Misalnya, tidak tumbuh keinginan melatih bangun malam dengan shalat tahajud. Begitupun tidak melakukan puasa sunah Sya’ban, sebagaimana telah disunnahkan Rasulullah saw.

Dalam hadits Bukhari dan Muslim, dari Aisyah ra berkata, ”Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan Sya’ban.”


2. Gampang mengulur shalat fardhu

”Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan kecuali orang-orang yang bertaubat dan beramal shalih.” [QS. Maryam: 59]

Menurut Sa’id bin Musayyab, yang dimaksud dengan tarkush-shalat (meninggalkan shalat) ialah tidak segera mendirikan shalat tepat pada waktunya. Misalnya menjalankan shalat dhuhur menjelang waktu asar, asar menjelang maghrib, shalat maghrib menjelang isya’, shalat isya’ menjelang waktu subuh serta tidak segera shalat subuh hingga terbit matahari. Orang yang bershiyam Ramadhan sangat disiplin menjaga waktu shalat, karena nilainya setara dengan 70 kali shalat fardhu di bulan lain.


3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunah

Termasuk di dalamnya menjalankan ibadah shalatul-lail. Mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah merupakan ciri orang yang shalih. ”Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” [QS. Al-Anbiya’: 90]
”Dan hambaKU masih mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah-ibadah sunah, sampai Aku mencintainya.” [Hadits Qudsi]


4. Kikir dan rakus pada harta benda

Takut rugi jika mengeluarkan banyak infaq dan shadaqah adalah tandanya. Salah satu sasaran utama shiyam yaitu agar manusia mampu mengendalikan sifat rakus pada makan minum maupun pada harta benda, karena ia termasuk sifat kehewanan (bahimiyah). Cinta dunia serta gelimang kemewahan hidup sering membuat manusia lupa akan tujuan hidup sesungguhnya. Mendekat kepada Allah swt, akan menguatkan sifat utama kemanusiaan (insaniyah).


5. Malas membaca Al-Qur’an

Ramadhan juga disebut syahrul Qur’an, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an. Orang-orang shalih di masa lalu menghabiskan waktunya baik siang maupun malam Ramadhan untuk membaca Al-Qur’an.

”Ibadah ummatku yang paling utama adalah pembacaan Al-Qur’an.” [HR. Baihaqi]

Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menimba dan menggali sebanyak mungkin kemuliaan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup. Kebiasaan baik ini harus nampak berlanjut setelah Ramadhan pergi, sebagai tanda keberhasilan latihan di bulan suci.


6. Mudah mengumbar amarah

Ramadhan adalah bulan kekuatan. Nabi saw bersabda, ”Orang yang kuat bukanlah orang yang selalu menang ketika berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai diri ketika marah.”

Dalam hadits lain beliau bersabda, ”Puasa itu perisai diri, apabila salah seorang dari kamu berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan jangan membodohkan diri. Jika ada seseorang memerangimu atau mengumpatmu, maka katakanlah, ”Sesungguhnya saya sedang berpuasa.” [HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah]


7. Gemar bicara sia-sia dan dusta

”Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan az-zur, maka Allah tidak membutuhkan perbuatan orang yang tidak bersopan santun, maka tiada hajat bagi Allah padahal dia meninggalkan makan dan minumnya.” [HR. Bukhari dari Abu Hurairah]

Kesempatan Ramadhan adalah peluang bagi kita untuk mengatur dan melatih lidah supaya senantiasa berkata yang baik-baik. Umar ibn Khattab ra berkata, ”Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari makan dan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan yang salah dan tutur kata yang sia-sia.” [Al-Muhalla VI: 178]

Ciri orang yang gagal memetik buah Ramadhan kerap berkata di belakang hatinya. Kalimat-kalimatnya tidak ditimbang secara masak. ”Bicara dulu baru berpikir, bukan sebaliknya, berpikir dulu, disaring, baru diucapkan.”


8. Memutuskan tali silaturahim

Ketika menyambut datangnya Ramadhan Rasulullah saw bersabda, ”...Barangsiapa menyambung tali silaturrahim (persaudaraan) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmatNya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmatNya pada hari ia berjumpa denganNya...” Puasa mendidik pribadi-pribadi untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang dan tali cinta. Pelaku shiyam jiwanya dibersihkan dari kekerasan hati dan kesombongan, diganti dengan perangai yang lembut, halus, dan tawadhu. Apabila ada atau tidak adanya Ramadhan tidak memperkuat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, itu tanda kegagalan.


9. Menyia-nyiakan waktu

Al-Qur’an mendokumentasikan dialog Allah swt dengan orang-orang yang menghabiskan waktu mereka untuk bermain-main.

”Allah bertanya, ”Berapa tahun kah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab, ”Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari. Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, ”Kamu tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” Maka, apakah kamu mengira sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka, Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenarnya; tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan yang mempunyai ’Arsy yang mulia.” [QS. Al-Mu’minun: 112-116]

Termasuk gagal dalam ber-Ramadhan orang yang lalai atas karunia waktu dengan melakukan perbuatan sia-sia, kemaksiatan, dan hura-hura. Disiplin waktu selama Ramadhan semestinya membekas kuat dalam bentuk cinta ketertiban dan keteraturan.


10. Labil dalam menjalani hidup

Labil alias perasaan gamang, khawatir, risau, serta gelisah dalam menjalani hidup juga tanda gagal Ramadhan. Pesan Rasulullah saw, ”Sesungguhnya telah datang bulan Ramadhan yang penuh berkah. Allah telah memfardhukan atas kamu berpuasa di dalamnya. Dibuka semua pintu surga, dikunci semua pintu neraka dan dibelenggu segala syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tiada diberikan kebajikan malam itu, maka sungguh tidak diberikan kebajikan atasnya.” [HR. Ahmad, An-Nasa’i, Baihaqi dari Abu Hurairah] Bila seseorang meraih berkah bulan suci ini, jiwanya mantap, hatinya tenteram, perasaannya tenang dalam menghadapi keadaan apapun.


11. Tidak bersemangat mensyiarkan Islam

Salah satu ciri utama alumnus Ramadhan yang berhasil ialah tingkat taqwa yang meroket. Dan setiap orang yang ketaqwaannya semakin kuat ialah tercermin dalam semangat mensyiarkan Islam. Berbagai kegiatan ’amar ma’ruf nahi munkar dilakukannya, karena ia ingin sebanyak mungkin orang merasakan kelezatan iman sebagaimana dirinya. Jika semangat ini tak ada, gagal lah Ramadhan seseorang.


12. Khianat terhadap amanah

Shiyam adalah amanah Allah yang harus dipelihara (dikerjakan) dan selanjutnya dipertanggungjawabkan di hadapanNya kelak. Shiyam itu ibarat utang yang harus ditunaikan secara rahasia kepada Allah. Orang yang terbiasa memenuhi amanah dalam ibadah sir (rahasia) tentu akan lebih menepati amanahnya terhadap orang lain, baik yang bersifat rahasia maupun yang nyata. Sebaliknya orang yang gagal Ramadhan mudah mengkhianati amanah, baik dari Allah maupun dari manusia.


13. Rendah motivasi hidup berjama’ah

Frekuensi shalat berjama’ah di masjid meningkat tajam selama Ramadhan. Selain itu, lapar dan haus menajamkan jiwa sosial dan empati terhadap kesusahan sesama manusia, khususnya sesama muslim. Allah mencintai hamba-hambaNya yang berjuang secara berjama’ah, yang saling menguatkan. ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam satu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh.” [QS. Ash-Shaf: 4]

Ramadhan seharusnya menguatkan motivasi untuk hidup berjama’ah.


14. Tinggi ketergantungannya pada makhluk

Hawa nafsu dan syahwat yang digembleng habis-habisan selama bulan Ramadhan merupakan pintu utama ketergantungan manusia pada sesama makhluk. Jika jiwa seseorang berhasil merdeka dari kedua mitra syetan itu setelah Ramadhan, maka yang mengendalikan dirinya adalah fikrah dan akhlaq. Orang yang tunduk dan taat kepada Allah lebih mulia dari mereka yang tunduk kepada makhluk.


15. Malas membela dan menegakkan kebenaran

Sejumlah peperangan dilakukan kaum muslimin melawan tentara-tentara kafir berlangsung di bulan Ramadhan. Kemenangan Badar yang spektakuler itu dan penaklukan Makkah (futuh Makkah) terjadi di bulan Ramadhan. Di tengah gelombang kebathilan dan kemungkaran yang semakin berani unjuk gigi, para alumni akademi Ramadhan seharusnya semakin gigih dan strategis dalam membela dan menegakkan kebenaran. Jika bulan suci ini tidak memberi bekal perjuangan baru yang bernilai spektakuler, maka kemungkinan besar ia telah gagal ber-Ramadhan, serta meninggalkan kita sebagai pecundang.


16. Tidak mencintai kaum dhu’afa

Syahru Rahmah, Bulan Kasih Sayang adalah nama lain Ramadhan, karena di bulan ini Allah melimpahkan hamba-hambaNya dengan kasih sayang ekstra. Shiyam Ramadhan menanam benih kasih sayang terhadap orang-orang yang paling lemah di kalangan masyarakat. Faqir miskin, anak-anak yatim dan mereka yang hidup dalam kemelaratan. Rasa cinta kita terhadap mereka seharusnya bertambah. Jika cinta jenis ini tidak bertambah sesudah bulan suci ini, berarti Anda perlu segera instrospeksi.


17. Salah dalam memaknai akhir Ramadhan

Khalifah Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyatnya supaya mengakhiri puasa dengan memperbanyak istighfar dan memberikan shadaqah, karena istighfar dan sadaqah dapat menambal yang robek-robek atau yang pecah-pecah dari puasa. Menginjak hari-hari berlalunya Ramadhan, mestinya kita semakin sering melakukan muhasabah (instrospeksi) diri. ”Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS. Al-Hasyr: 18]


18. Sibuk mempersiapkan lebaran

Kebanyakan orang semakin disibukkan oleh urusan lahir dan logistik menjelang Idul Fitri. Banyak yang lupa bahwa 10 malam terakhir merupakan saat-saat genting yang menentukan nilai akhir kita di mata Allah dalam bulan mulia ini. Menjadi pemenang sejati atau pecundang sejati. Konsentrasi pikiran telah bergeser dari semangat beribadah, kepada luapan kesenangan merayakan Idul Fitri dengan berbagai kegiatan. Akibatnya kita lupa. Seharusnya, muncul rasa sedih akan berpisah dengan bulan mulia ini.


19. Idul Fitri dianggap hari kebebasan

Secara harfiah makna Idul Fitri berarti ”hari kembali ke fitrah”. Namun kebanyakan orang memandang Idul Fitri laksana hari dibebaskannya mereka dari ”penjara” Ramadhan. Akibatnya, hanya beberapa saat setelah Ramadhan meninggalkannya, ucapan dan tindakannya kembali cenderung tak terkendali, syahwat dan birahi diumbar sebanyak-banyaknya. Mereka lupa bahwa Idul Fitri seharusnya menjadi hari di mana tekad baru dipancangkan untuk menjalankan peran khalifah dan abdi Allah secara lebih profesional. Kesadaran penuh akan kehidupan dunia yang berdimensi akhirat harus berada pada puncaknya saat Idul Fitri, dan bukan sebaliknya.


(M Ali Athwa, Dzikrullah/Hidayatullah)


Senin, 13 Juli 2009

sepuluh kiat meraih kebahagiaan

Sepuluh Kiat Meraih Kebahagiaan


Bersabarlah, karena sesungguhnya Allah
akan mengiringi kesusahan dengan kemudahan.

Mudah-mudahan kesusahan itu akan lenyap dengan segera.


Seorang pakar psikologi Amerika bernama D. Dicks mengatakan bahwa kehidupan yang bahagia adalah seni yang indah. Ia mempunyai sepuluh point sasaran, yaitu:
  1. Biasakanlah diri Anda melakukan pekerjaan yang Anda sukai. Jika pekerjaan itu tidak mudah Anda lakukan, isilah waktu-waktu senggang Anda untuk menyalurkan hobi yang paling Anda sukai, kemudian dalamilah ia.
  2. Perhatikanlah kesehatan fisik, karena sesungguhnya kesehatan fisik adalah jiwa kebahagiaan, yaitu dengan mengatur pola makan dan minum tanpa berlebihan, membiasakan olahraga, dan menjauhi kebiasaan buruk dan merugikan.
  3. Hendaklah Anda mempunyai sasaran dalam hidup Anda, karena sesungguhnya hal tersebut akan membangkitkan gairah dan semangat Anda.
  4. Jalani hidup menurut apa adanya dan terima segala sesuatunya, baik yang manis maupun yang pahit, dengan hati yang lapang.
  5. Hayati hidup yang sedang dijalani; jangan menyesali hal yang sudah berlalu; dan jangan pula memusingkan hari esok yang belum tiba.
  6. Gunakanlah pikiran Anda sebelum melakukan pekerjaan apapun atau keputusan apapun, agar kelak tidak mencela orang lain atas keputusan Anda dan apa yang bakal Anda peroleh nanti.
  7. Senantiasalah memandang orang yang ada di bawah Anda.
  8. Biasakanlah diri Anda untuk murah senyum, berjiwa periang, dan berteman dengan orang-orang yang optimistis.
  9. Hendaklah Anda berbuat untuk membahagiakan orang lain agar beroleh harumnya kebahagiaan.
  10. Pergunakanlah berbagai kesempatan yang cerah lagi indah dan anggaplah itu sebagai terminal keharusan bagi kebahagiaan.

(Jadilah Wanita yang Paling Bahagia, DR. ‘Aidh bin ‘Abdullah Al-Qarni, hal 170-171)

Nikmatilah hari ini dan berpeganglah padanya.
Carilah faktor yang dapat mencegah terjadinya hal yang menyakitkan
sebelum ia menimpa diri Anda.



Rabu, 08 Juli 2009

9 macam kecerdasan

9 Macam Kecerdasan

1.Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan dalam mengolah kata-kata secara efektif baik bicara ataupun menulis (jurnalis, penyair, pengacara).
Ciri-ciri :
- Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata.
- Gemar membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan jelas.

2. Kecerdasan Matematis-Logis

Kecerdasan dalam hal angka dan logika (ilmuwan, akuntan, programmer).
Ciri-ciri :
- Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi.
- Berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis.
- Pandangan hidupnya bersifat rasional.

3. Kecerdasan Visual-Spasial

Kecerdasan yang mencakup berpikir dalam gambar, serta mampu untuk menyerap, mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek visual (arsitek, fotografer, designer, pilot, insinyur).
Ciri-ciri :
- Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan ruang.
- Mudah memperkirakan jarak dan ruang.
- Membuat sketsa ide dengan jelas.

4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani

Kecerdasan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan perasaan (atlet, pengrajin, montir, menjahit, merakit model).
Ciri-ciri :
- Menikmati kegiatan fisik (olahraga).
- Cekatan dan tidak bisa tinggal diam.
- Berminat dengan segala sesuatu.

5. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara (konduktor, pencipta lagu, penyanyi dsb).
Ciri-ciri :
- Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat.
- Dapat mengikuti irama.
- Mendengar music dengan tingkat ketajaman lebih.

6. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain (networker, negotiator, guru).
Ciri-ciri :
- Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka.
- Menjalin kontak mata dengan baik.
- Menunjukan empati pada orang lain.
- Mendorong orang lain menyampaikan kisahnya.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertidak secara adaptif berdasar pengenalan diri (konselor, teolog).
Ciri-ciri :
- Membedakan berbagai macam emosi.
- Mudah mengakses perasaan sendiri.
- Menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing hidupnya.
- Mawas diri dan suka meditasi.
- Lebih suka kerja sendiri.

8. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan memahami dan menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan mengembangkam pengetahuan akan alam (petani, nelayan, pendaki, pemburu).
Ciri-ciri :
- Mencintai lingkungan.
- Mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang.
- Senang kegiatan di luar (alam).

9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia (filsuf, teolog,).
Ciri-ciri :
- Mempertanyakan hakekat segala sesuatu.
- Mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/ dunia.


- Setiawan -
(alumni SMP N 1 Imogiri)

followers

RSS Subscribe