Senin, 22 Juni 2009

Mengatasi Anak yang Bandel

Suatu ketika, ada seorang ibu yang mengeluh mengenai anak laki-lakinya. Dia bercerita, anak sulungnya itu sudah kelas V SD. Dia bandel, berani membantah ibunya. Hanya pada ayahnya dia takut. Sang ibu sangat heran dengan perilaku anaknya itu. Anaknya sering membolos sekolah. Bahkan dalam satu pekan sering hanya masuk 3 hari. Wali kelasnya pernah beberapa kali datang ke rumah membujuknya agar kembali ke sekolah. Saat ulangan umum semester pun, wali kelasnya mengantarkan soal agar dikerjakan di rumah. Anaknya rajin menonton televisi, tapi malas mengerjakan sholat.

Pernah suatu waktu, sang ibu pergi ke rumah orang tuanya yang berjarak 30 km dari rumahnya. Hal ini dilakukan karena sangat jengkelnya dengan perilaku anaknya dan merasa terbebani karena dianggap tidak mampu mendidik anaknya. Maka tinggallah sang ayah dan si anak saja di rumah. Kemudian sang ayah mengatakan kepada anaknya itu, bahwa ibunya tidak akan pulang sebelum si anak menjemput sendiri dan meminta maaf. Mendengar ayahnya mengatakan seperti itu, si anak kemudian naik sepeda menuju rumah neneknya.

Dengan adanya kejadian ini, sang ibu berpikir, anaknya telah berubah. Namun tak disangka, rupanya sang anak kembali seperti sedia kala. Masih mengulangi perbuatan yang membuat ibu dan ayahnya kewalahan.

Si ibu bercerita, sudah berbagai cara dilakukan untuk “menyembuhkan” anaknya ini. Menakut-nakuti si anak, bahwa berani kepada orang tua itu berdosa dan kelak akan tinggal dan disiksa di neraka. Bahkan ke psikolog sudah pernah, ke kyai juga sudah dilakukan. Apa yang disarankan oleh tetua kampung untuk “mbancaki” pun juga sudah dilakukan. Tapi rupanya anak sulungnya juga tidak berubah kondisinya.

Yang ada dalam benak sang ibu adalah, bagaimana anaknya kelak ketika sudah beranjak remaja, setelah masuk ke SMP atau sudah besar nanti, apakah akan tetap seperti itu. Lagipula pelajaran di sekolah saat ini juga sulit, apakah anaknya kelak dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Thrung thuung thung…………………
Aku terhenyak mendengar cerita ibu ini. Aku hanya menghela napas panjang. Ups….betapa tidak ringan tugas seorang ibu. Dalam hati, saya berpikir………duh, saya kan belum pernah jadi ibu, kok dicurhati soal begini ya. :D Tapi tak apalah. Ini cara Allah mendewasakanku ……………Dan saya jadi tertantang juga. Bagaimana mengatasi anak seperti ini. Meski belum menikah, bukan berarti dilarang menulis tentang ini kan? :D

Kucoba membaca buku-buku tentang mendidik anak. Seni Mendidik Anak Tanpa Kekerasan karya Dr. Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini. Ada yang membuat saya tertarik untuk mengambilnya dari buku itu. Beliau menuliskan, ada beberapa hal yang menyebabkan anak menentang orang tuanya. Antara lain :

Ø Kesalahpahaman dan ketidakmengertian
Adakalanya menurut orang tua, perintah yang diberikan kepada anak sudah jelas dan gamblang. Namun rupanya, tidak demikian menurut anak. Anak memang merasa kurang mengerti akan apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Anak biasanya kemudian datang dan meminta maaf dan menanyakan apa yang dimaksud oleh orang tua. Biasanya anak seperti ini, karena sedang berkonsentrasi pada hal lain, misalnya : sedang makan, sedang bermain, sedang mengerjakan PR, dll.

Cara mengatasi
: Saat anak terlena dengan “dunianya” maka, ulangilah perintah itu, atau angkat sediki suara dan sentuhlah dia hingga dia ingat, kemudian ulangilah perintahnya tanpa emosi ataupun marah. Berbaik sangkalah terhadapnya, bahwa ia tidak sengaja. Berbaik sangka terhadap muslim wajib hukumnya, apalagi terhadap anak.

Ø Mencari perhatian dan dukungan
Bisa jadi, anak membangkang karena ingin mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Hal ini bisa saja terjadi, salah satunya karena anak merasa jarang diperhatikan dan hanya bisa berdialog ketika ada yang tidak benar pada anak.

Cara mengatasi : mencari motif, kenapa anak melakukan hal itu dan dilanjutkan dengan mengalihkan perintah kepada anak yang lain atau mengerjakan sendiri pekerjaan itu. Dengan demikian, anak akan berterus terang. Dengarkan ia. Sebaiknya langkah ini juga dilaksanakan pada waktu yang tepat untuk mengetahui penyebab anak mencari perhatian.

Ø Menunda-nunda
Kadang-kadang anak sengaja menolak langsung untuk mengerjakan sesuatu. Dia terpaksa berjanji untuk melaksanakan. Dia pun menundanya hingga merasa siap untuk melaksanakan perintah itu. Hal ini dapat disebabkan karena ketidakmampuan, cara yang kurang sesuai dalam memerintah, atau malas dan capek.

Cara mengatasi : Kadang anak merasa tidak mampu untuk mengerjakan karena tidak kuat, belum sampai pikirannya, atau karena malu. Untuk itu, pahamilah bahwa penentangan bisa jadi merupakan ekspresi dari ketidakmampuan. Kadang-kadang orang tua juga memberi perintah kepada anak tanpa melihat situasi, atau saat anak merasa lelah. Untuk itu, lihatlah kondisi, apabila anak sedang lelah, mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk melaksanakan dalam keadaan tidak terpaksa.

Ø Menolak Perintah Orang Tua Tanpa Sebab
Kadang-kadang anak menolak melakukan sesuatu dan menunjukkan bahwa “Saya tidak mau”. Dalam hal ini, ada beberapa cara untuk mengatasinya, antara lain :
o Mengajari anak arti ketaatan dalam hal yang disukai maupun yang dibenci selama tidak dalam kemaksiatan
o Menggunakan cara yang baik dan sesuai ketika meminta
o Menggunakan kata-kata yang santun ketika menyuruh
o Memahami halangan anak jika memang keadaan demikian
o Menjelaskan sebab ketika berbeda pendapat dengan anak atau menjelaskan manfaat bagi orang tua dan anak dalam melaksanakan perintah tersebut
o Menjelaskan sebab-sebab lainnya yang dapat mendekatkan jarak antara anak dan orang tua, khususnya dalam hal berbakti kepada orang tua dan pahala akan yang didapat.

Rasanya mungkin tidak mudah melakukan semua itu. Namun ada hal yang memotivasi untuk mendidik anak sedemikian rupa, agar menjadi anak yang sholeh. Betapa membahagiakannya memiliki anak yang sholeh. Aset yang sangat berharga, yang membuat pahala tak akan terputus meski ruh telah lepas dari jasad.

Untuk mendidik anak agar menjadi anak yang sholeh, qurrota a’yun, tak cukup hanya dengan salah satu ilmu mendidik anak ini, akan tetapi ada banyak hal yang juga diperlukan.


- purnawae -
(alumni SMA N 7 Jogjakarta)

Jumat, 19 Juni 2009

Rahasia Di Balik Manisnya Madu

Sesuatu yang manis, seringkali diidentikkan atau dibandingkan dengan madu. Madu sangat banyak manfaatnya. Rasulullah saw pernah bersabda, ”Hendaklah kalian menggunakan dua obat, yaitu madu dan Al-Qur’an”. “Barangsiapa minum sesendok madu tiga kali setiap bulannya, maka ia tidak akan terkena penyakit yang besar”. Dalam hadits tersebut ada isyarat pentingnya mengkonsumsi madu secara kontinyu. Madu dapat memberikan imunitas sehingga tubuh memiliki pertahanan terhadap penyakit.


Tahukah kawan? Dari mana madu berasal dan bagaimanakah prosesnya? Sebagai seorang pelajar tentu kita harus tahu dong, bagaimana proses ilmiah dari madu tersebut. Ternyata, subhanallah….betapa Allah telah menciptakan alam semesta ini dan isinya dengan design yang begitu hebat.


Madu dihasilkan oleh binatang yang hampir semua yang berasal dari hewan tersebut mempunyai manfaat yang hebat. Dialah sang lebah yang menakjubkan. Bahkan dalam Al-Qur’an kitab suci umat Islam, terdapat surat yang bernama An-Nahl (Lebah). “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.


Bagaimanakah cara lebah bekerja untuk menghasilkan madu? Berikut ini sedikit gambarannya. Lebah termasuk serangga bersosial yang hidup dalam komunitas yang terdiri dari: seekor ratu, lebah pekerja dan pejantan.


Ketika keluar dari telur, ratu lebah tidak berbeda dengan lebah yang lain. Namun dengan asupan royal jelly – yang terbuat oleh kelenjar ludah lebah yang lain- ratu lebah menjadi besar dengan cepat dan mulai mengeluarkan telur seharian penuh. Oleh karena makanan khusus inilah, ia terus bertelur selama lima tahun. Selain memproduksi madu, lebah juga mengolah sari bunga yang dihisapnya dari tetumbuhan menjadi lilin dengan sel khusus di bagian bawah perutnya. Lilin ini digunakan untuk membangun sel-sel rumah lebah. Siapa sajakah penghuni rumah atau sarang lebah?


Ratu Lebah. Lebah pekerja memilih lebah yang masih dalam pembentukan antara telur dan pupa (larva) yaitu pada hari kedua umur telur tersebut. Mereka memelihara dan merawatnya sebagai seekor ratu. Setelah 11 hari, larva itu dipindahkan dari selnya dalam upacara khusus untuk kawin dengan 18 pejantan lebah. Dari perkawinan itu, ratu lebah bertugas meletakkan telur-telur lebah selama masa hidupnya. Sang ratu mulai meletakkan telur-telurnya 10 hari setelah perkawinan. Seekor ratu lebah yang aktif mampu memproduksi kurang lebih 3000 telur per hari.


Lebah Pejantan. Lebah pejantan berpostur gemuk dan tidak memiliki jarum sengat seperti lebah pekerja. Tugas mereka hanya kawin dengan ratu lebah. Jika kerajaan lebah mengalami paceklik maka lebah pejantan akan diusir.


Lebah Pekerja. Bentuk tubuhnya kecil, adalah lebah betina yang tidak matang dan tidak layak kawin seumur hidup. Dalam kerajaan lebah biasanya terdapat 50.000-60.000 lebah pekerja. Seekor lebah pekerja terbang rata-rata 20km per hari untuk membantu penyerbukan 10.000 bunga. Diperlukan lebih dari 4.000.000 bunga untuk memproduksi 1 kg madu.


Sarang lebah berisi sel-sel yang berbentuk segi enam terbuat dari lilin. Bentuk ini merupakan bentuk ruang paling luas yang bisa dibentuk di dalam sebuah lingkaran. Sel-sel ini mempunyai dinding yang tipis namun kokoh, yang dapat menampung berat hingga 25 kali lipat.


Produk lebah tak hanya madu, tetapi ada juga racun lebah, lilin lebah, Royall Jelly, Bee Pollen, dan propolis. (to be continued).


Sumber: Prof. Dr. Said Hammad, 99 Resep Sehat dengan Madu.



- Reni Suwanti -

(alumni SMA N 1 Bantul)

Kamis, 11 Juni 2009

Ketika Kehendak Allah Tak Dapat Dipahami


Detik demi detik pun terus berlalu. Tak terasa, waktu penantian itu tinggal sehari lagi. Menunggu saat-saat mendebarkan..

Yach, buat temen-temen kelas XII tentu dah fahm maksudnya. Besok adalah hari pengumuman hasil Ujian Nasional (UN). Semuanya pasti berharap mendapatkan hasil yang terbaik dengan nilai yang memuaskan meski sebagian besar di antara temen-temen masih ada yang agak-agak pesimis. Salah satunya karena soal-soal matematika nya yang sulit-sulit hehe.. Tapi di atas semua itu, yang jelas seburuk-buruknya nilai yang didapatkan, lulus adalah harapan utamanya. Yha, kan?

Nha, hanya saja sebelum mengetahui bagaimana hasilnya atas perjuangan temen-temen kemarin bergelut dengan soal-soal yang bikin senam otak, satu hal yang kudu disiapkan adalah kesiapan mental untuk menerima apapun hasilnya nanti. Apakah nilainya memuaskan ato tidak, apakah lulus ato tidak. Apapun hasilnya itu, insyaAllah itulah hasil yang terbaik untuk temen-temen, untuk kita semua..

Ini ada artikel buat ngisi waktu di sela-sela nunggu hasil pengumuman UN, semoga bermanfaat buat temen-temen semua. Silahkan dibaca..

Ketika Kehendak Allah Tak Dapat Dipahami

Dalam kacamata manusia, ketetapan Allah swt bisa berupa kesenangan atau kesedihan. Keberhasilan atau kegagalan. Dalam bahasa Nabi saw, itu disebut sebagai taqdir baik atau pun buruk. Keduanya harus diimani oleh seorang mukmin. Bahkan iman tidak diterima tanpa mengimani keduanya.


Dunia ini bukan milik kita, dunia ini milik Allah semata. Allah berkehendak dan punya ketetapan, tetapi siapapun tidak berhak bertanya, mengapa Allah memutuskan ini dan itu. Justru manusia lah yang kelak akan ditanya (QS. Al-Anbiya 22-23)


Terkadang, apa yang kita inginkan bisa terkabulkan. Sementara, tak jarang pula rencana yang sudah kita susun baik-baik justru gagal total. Tak mudah dicerna oleh akal manusia, mengapa rencana baik atau rencana orang baik tidak selamanya mengalami nasib yang baik. Sementara orang-orang jahat yang hanya bisa berbuat kerusakan di dunia ini, menyebarkan fitnah dan memunculkan model kemaksiatan baru, bisa dengan mudah melaksanakan rencana mereka. Justru yang terlihat mereka lah yang menguasai bumi Allah hari ini, ini bisa jadi semakin sulit untuk dicerna oleh akal kita.


Tetapi, Islam memberikan ruang untuk mengalirkan rasa bingung itu, dengan memberikan beberapa jawaban yang tidak bertabrakan dengan kadar kemampuan kita. Ruang itu adalah ruang mencoba untuk memahami ketetapan dan kehendak Allah pada diri kita, dengan melihat hikmah yang ada dibalik kehendaknya.


Setiap kehendak Allah untuk seorang mukmin selalu baik. Apapun bentuk kehendak itu. Kehendak yang menyenangkan, tentu baik untuk kita. Tetapi tidak sebatas itu, kehendak–Nya yang terlihat menguntungkan pun ternyata ada kebaikan yang Allah ’paksakan’ untuk kita. Karena memang hanya Dialah yang mengetahui hal yang terbaik untuk kita. Berikut, beberapa kemungkinan yang layak kita renungkan, tentang apa hikmah di balik ketetapan Allah atas kita.


Pertama, Boleh Jadi, Ini adalah Tangga Pengangkatan Derajat


Bagi seorang mukmin, jalan hidup itu tidak datar. Ia bertangga-tangga, bertingkat-tingkat, seperti tingkatan kualitas kaum mukminin itu sendiri.


Kehendak Allah yang bernama ujian itu disesuaikan dengan kelas kita masing-masing. Ujian itu tergantung seberapa kuat iman kita. Hanya orang-orang yang memiliki stamina iman yang kuat saja yang mampu mencapai puncaknya. Sementara mereka yang nafas imannya tipis, akan terkapar di tangga tertentu atau mungkin terjungkal kembali ke bawah. Karenanya, di sisi lain, dalam kacamata keimanan, tangga itu menunjukkan derajat kita di sisi Allah. Derajat sebagai seorang hamba Allah.


Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, ”Ya Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?” Nabi menjawab, ”Para Nabi, kemudian orang-orang yang berjalan di jalan mereka. Seorang diuji sesuai dengan kadar imannya. Jika imannya tebal, ujiannya pun sangat berat. Jika imannya tipis, dia diuji berdasarkan tingkat keimanannya. Ujian akan terus menimpa hamba hingga Allah membiarkannya berjalan di atas muka bumi ini tanpa dosa.” (HR. Tirmidzi)


Berjumpa Allah tanpa dosa? Itulah akhir dari perjalanan mendaki dari tangga ke tangga ujian tersebut. Karenanya, sebagai seorang mukmin kita harus mencoba menghayati apa rahasia di balik ketetapan Allah itu. Bila semuanya akan berujung pada ampunan Allah justru kita tidak boleh puas berhenti pada tangga itu. Harus ada upaya menaiki derajat tangga berikutnya, dengan selalu meningkatkan kerinduan menuju Allah. Seperti ungkapan Ustman bin Affan, ”Andai hati kita bersih, kita tidak akan kenyang dengan kalamullah (Al-Qur’an). Bagaimana seorang yang mencintai bisa puas dengan perkataan yang dicintainya?”


Kehidupan dan kematian juga ujian. Ketika kita ditinggal oleh orang yang kita cintai, umpamanya. Kehilangan sesuatu yang kita senangi. Atau ketika kegagalan menjegal langkah kaki. ”Perumpamaan orang beriman adalah seperti pohon itu condong, demikianlah seorang mukmin akan terus digoncang dengan ujian. Sementara perumpamaan orang munafik seperti pohon yang tidak goyah oleh angin sampai ditebang,” sabda Nabi (HR. Tirmidzi)


Angin hujan itulah yang pernah menimpa kehidupan Suhaib Ar-Rumi, saudagar kaya di Mekah. Ketika dia harus meninggalkan seluruh harta hasil cucuran keringatnya. Karena dia harus mempertahankan agamanya dengan melaksanakan perintah hijrah ke kota Madinah. Nabi saw yang mengetahui hal tersebut berkata kepada Suhaib, ”Beruntunglah perdaganganmu wahai Abu Yahya, beruntunglah perdaganganmu wahai Abu Yahya.”


Dengan ujian kehilangan kekayaan itu, derajat Abu Yahya mencapai ketinggiannya. Bahwa ia akan mendapat ganti rugi dengan perniagaan yang sangat menguntungkan di akherat kelak.


Setiap kita punya ketetapan ’derajat ujian’ yang berbeda-beda. Tetapi setiap kita harus menghayati, apa hikmah di balik ketetapan itu bagi keberlangsungan jati diri kemukminan kita, juga bagi pengharapan kita akan ampunan Allah Yang Maha Kuasa.


Kedua, Boleh Jadi, Ini Buah yang Harus Kita Petik dari Pohon-Pohon Dosa


Sebuah bencana, kesulitan rejeki, kegagalan, atau hal-hal menyedihkan, memang tidak terjadi kecuali dengan ketetapan Allah, tetapi secara manusiawi, itu semua bisa jadi hanyalah buah yang harus kita petik, dari dosa-dosa yang telah kita semai lalu kita tumbuhsuburkan.


Inilah makna lain yang harus kita renungkan. Sebab dosa tidak saja akan mengeruhkan kehidupan akhirat kita. Tetapi juga bisa mengacaukan kehidupan kita di dunia. Setitik dosa adalah duka. Bagaimana dengan segunung kesalahan dan setumpuk dosa-dosa nista? Karenanya, jika musibah datang, atau mungkin malah beruntun, atau rasanya kesialan dan kesalahan selalu menghantui kita, maka sudah saatnya kita mengoreksi diri. Dosa apakah yang kiranya menghalangi kesuksesan? Lalu setelah itu secepatnya kita sulam lubang dosa itu dengan taubat dan istighfar.


Kalau rejeki kita hari ini seperti selokan yang tak mendapat aliran air, sebagai mukmin kita tak cukup hanya menyalahkan krisis yang sedang melanda negeri ini. Kita harus melihatnya dari sisi krisis iman dan taubat. Setidaknya itu untuk kepentingan pribadi kita sendiri.


Ada korelasi yang kuat antara taubat, istighfar, dengan kemudahan hidup. Itu bisa dipahami dengan mudah, pada penjelasan Allah, seperti diajarkan Nabi Nuh kepada kaumnya, ”Maka aku ajarkan katakan keapda mereka, ’mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai’.” (QS. Nuh : 10-12)


Sebuah karunia harus dicari dengan bertaubat. Sebagaimanaia akan sirna karena dosa.


Ketetapan Allah berupa kekalahan muslimin dalam perang Hunain, hanyalah salah satu catatan sejarah yang layak menjadi pelajaran tentang kisah dosa yang berakhir dengan kehancuran.


Hari itu, Selasa. Ketika pagi masih sangat buta. Umat Islam yang menuruni lembah Hunain dengan sangat tiba-tiba dihujani panah dari berbagai arah. Mereka kocar-kacir. Sampai Rasul perlu memanggil para sahabat yang sudah tidak mempedulikan panggilan itu. Yang terpenting buat mereka ketika itu adalah lari sejauh-jauhnya dari serbuan anak panah. ”Ke sinilah wahai muslimun, aku ini Rasulullah, aku Muhammad bin Abdullah”,seru Nabi.


Allah membuka rahasia kehendak dan ketetapan-Nya untuk kaum muslimin pada peristiwa Hunain. Ya, apalagi kalau bukan dosa yang dilakukan sebagian mereka sebelum perang berkecamuk. Sebagaimana diabadikan dalam ayat, ”Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (QS. At-Taubah : 25)


Umat Islam datang dengan jumlah yang belum pernah dimiliki sebelumnya. Dua belas ribu muslimin, jumlah yang sangat besar. Sampai-sampai ada kata-kata yang terucap oleh salah seorang sahabat, ”Kita hari ini tidak mungkin kalah karena jumlah kita yang sedikit.” Kesombongan kecil yang terselip di antara pasukan muslimin itu, ternyata berdampak pada kekalahan bersama.


Pesan ini juga yang diselipkan Abbas bin Abdul Muthollib sebelum memenuhi permintaan Khalifah Umar bin Khattab agar memimpin doa istisqo’, doa meminta hujan. Abbas berkata, ”Sesungguhnya musibah (tertahannya hujan) ini, tidak mungkin tejadi kalau bukan karena dosa. Dan ketahuilah tabir penghambat itu tidak terbuka kecuali dengan taubat.”


Ketiga, Boleh Jadi, Ini Cara Terbaik untuk Meringankan Beban Dosa di Hari Kiamat Nanti


Inilah rahasia lain dari sebuh ujian, bencana, kegagalan, atau apa saja yang tidak menyenangkan. Bahwa di antara bentuk rahmat dan kasih sayang Allah untuk orang-orang beriman, adalah dikuranginya dosa mereka di dunia. Musibah yang menimpa, menjadi air yang mematikan api dosa. Hingga bisa jadi, ada orang yang dosanya banyak, tetapi ketika menghadap Allah kelak, ia datang dengan beban dosa yang ringan. Karena sudah banyak ’dibayar’ ketika masih di dunia.


Maka, kita harus menyelipkan rasa syukur, menumbuhkan kesabaran yang agung, ketika musibah datang. Siapa tahu, musibah itu adalah cara Allah untuk meringankan dosa yang sudah menumpuk dalam catatan amal kita.


Keempat, Boleh Jadi, Ini Harga Wajib Bagi Kesuksesan Lain


Boleh jadi ketetapan Allah yang tidak sejalan dengan keinginan kita merupakan harga yang harus dibayar untuk kesuksesan lain. Usaha masuk perguruan tinggi umpamanya. Kalau ternyata belum juga lulus, bisa jadi kehendak Allah kali ini agar kita membeli tawaran kenikmatan Allah yang lebih baik. Tentunya, untuk mendapatkan tawaran itu harus kita beli. Terkadang kita harus membelinya dengan musibah sebagai harganya.


Pada saat Nabi meaksanakan ibadah haji, hari itu adalah hari-hari Mina untuk melempar jumroh. Ketika itu ada seorang wanita dari suku Khots’am mengikuti beliau berjalan sambil menggendong seorang bayi. ”Ya Rasulullah ini anakku, dialah satu-satunya keluargaku yang tersisa, tetapi dia tidak bisa bicara,” kata perempuan itu mengadu. Nabi meminta air, kemudian beliau mencuci tangannya dan berkumur-kumur dengan air itu. Air kumuran itu diminumkan kepada bayi itu. Dengan ijin Allah, bayi itu tumbuh dan bisa bicara. Setelah setahun berlalu, Ummu Jundub yang menjadi saksi peristiwa itu bertanya tantang kabar anak tersebut. Orang-orang berakat, ”Dia baik-baik saja, bahkan dia memiliki kepintaran yang ada di atas rata-rata manusia.” (HR. Ibnu Abi Syaibah)


Wanita itu awalnya hanya mengharap kepada Allah agar anaknya tumbuh normal. Hanya itu. Tetapi kehendak Allah bicara lain. Karena ternyata Allah menginginkan sesuatu yang lebih. Yaitu agar anak itu memiliki kepandaian yang luar biasa. Dan itu secara teknis adalah berkah dari air minum yang diberikan Rasulullah. Tetapi kepandaian itu harus dibeli. Kali ini harus dibeli dengan kebisuan yang diderita. Sementara taqdir bertemu Rasul itu harus ada di musim haji. Jadi, kebisuan selama sebelum musim haji Rasulullah itulah yang kita maknai sebagai harga yang harus dibayar. Hingga ketika harganya sudah cukup, Allah menyembuhkannya dan kehendak Allah berupa kepandaian itu pun diberikan.


Lima, Boleh Jadi, Ini Memang Lampu Kuning Pengingat agar Kita Banyak Mengaca Diri


Mungkin, saat sebuah kesulitan terjadi, kita memang sudah lama lupa cermin. Bukan cermin tempat kita melihat mula atau teman merias wajah. Tetapi cermin tempat hati mengoreksi diri. Untuk melihat apakah ada goresan-goresan hitam yang mengotori hati.


Musibah bisa mengandung makna, bahwa kita harus banyak mengaca diri. Teguran Allah ini berarti, bahwa dosa kita sudah mengkhawatirkan. Sebelum Allah terlanjur menurunkan siksaNya, harus cepat dicegah dengan mengaca diri dan bertaubat.


Ketika gempa mengguncang Madinah yang dihuni para tabi’in dan sebagian sahabat, Aisyah berkomentar, ”Gempa ini terjadi ketika perzinaan telah dilegalkan, minuman keras dikonsumsi, dan manusia sudah gila musik. Gempa ini sebagai peringatan bagi orang beriman dan adzab bagi orang kafir.”


Ya, musibah gempa bukan hanya bisa dilihat dari kaca mata alam. Tetapi juga seharusnya dilihat dari kacamata keimanan. Bahwa ketika sebuah gempa terjadi, itu artinya peringatan keras agar setiap orang beriman segera mawas diri.


Begitulah. Dari ruang-ruang seperti itulah kita bisa mencoba mengais makna lain dari sebuah ketetapan Allah. Agar pada sebuah ujian yang melelahkan, kita tetap punya kebahagiaan lain, dan bukan menambahinya dengan kelelahan lain, kelelahan karena salah menyikapi takdir dan ketetapan Allah.


(ditulis ulang dari buletin da’wah daarussalaam Rohis Kelas IPA 5, SMA N 1 Jogja 2003, dari Tarbawi 60)


Kamis, 04 Juni 2009

Ini Dia Pemuda Idaman!


Ini Dia Pemuda Idaman!
sepuluh karakter pemuda islam idaman


Pertama, Aqidahnya Lurus

Istilah kerennya 'salimul aqidah'. Karakter ini penting banget, soalnya berkaitan dengan pondasi agama. Kalo' pondasinya baik, bangunannya akan baik pula. Sebaliknya, jika pondasinya lemah, bangunan itu tak kan berdiri kokoh.
Ciri-cirinya a.l :
a. Bebas dari syirik pada benda mati. Jauhi horoskop, zodiak, shio, jimat, kuburan, merasa sial karena suatu pertanda, dll.
b. Bebas dari syirik pada benda hidup : mengganti hukum Allah dengan hukum thaghut, pergi ke dukun, peramal, jin, dst.
c. Ikhlas, bebas dari riya’, ujub, sum’ah, dan syirik khafi lainnya. Ikhlas ketika niat, ikhlas ketika melakukan, ikhlas sejak selesai melakukan sampai mati.
d. Memahami bahwa Islam adalah sebuah konsepsi hidup yang syamil (menyeluruh), kamil (sempurna), dan mutakammil (integral).
e. Dzikrullah dalam setiap waktu dan keadaan.
f. Mengingat hari akhir dan bersiap menghadapinya.


Kedua, Ibadahnya Bener

Disebut juga 'shahihul-ibadah'. Pernahkah kita mengetahui sifat shalat, wudhu, shiyam, zakat, haji, dan ibadah-ibadah lain menurut Rasulullah saw? Ataukah kita sholat sekedarnya saja?

Ketiga, Akhlaqnya Kokoh

Atau 'Matiinul Khuluq'. Orang yang kokoh akhlaqnya tidak ima'ah (suka ikut-ikutan). Nggak latah pada trend, sebaliknya, orang yang kokoh akhlaqnya akan senantiasa melakukan perbaikan di masyarakat. Salah satu aspek yang terpenting dalam Islam khan akhlaq. Senyum pada sodara itu shodaqoh, lho!

Keempat, Kualitas Intelektual Tinggi

Bahasa kerennya 'mutsaqaful-fikr'. Seorang pemuda muslim kudu jadi orang yang cerdas dan berkadar intelektualitas tinggi. Inget Zaid bin Tsabit? Beliau menguasai bahasa Romawi beserta grammarnya hanya dalam 70 hari! Seorang muslim harus produktif menghasilkan karya-karya intelektual, seperti halnya Ibnu Taimiyah, Imam Nawawi, Ibnul Qayyim, dan para salafus-shalih umat ini. Ikuti dong lomba-lomba karya ilmiah, sering-sering baca buku, nulis cerpen, aktif di organisasi, dst.

Kelima, Fisiknya Kuat

Masa' pemuda loyo? Pemuda harus 'qowwiyul-jism' dong! Fisiknya harus kuat. Ingat, Allah lebih mencintai muslim yang kuat daripada muslim yang lemah. Bukankah yang kuat bisa membela yang lemah? Trus, seorang muslim juga jangan sering sakit-sakitan. Perhatikan makan, baik porsi maupun menunya. Rutinkan olahraga! Sekolahmu khan punya banyak fasilitas, walaupun seadanya. Kalo' perlu, nggabung aja sama sie-sie olahraga yang ada (Basket, Sepakbola, Bulutangkis, Pingpong, Taekwondo, dll.)

Keenam, Bisa Mandiri

Qadirun 'alal-kasb’ adalah karakter berikutnya dari seorang pemuda Islam. Jangan sampai pemuda Islam hanya bisa bergantung pada orang tua. Apalagi merengek minta dibeliin ini itu. Walaupun keluargamu kaya, cobalah untuk melatih lifeskillmu, insya Allah akan berguna di masa depan. Untuk masa SMU atau kuliah, paling tidak kita meminimalisir beban yang ditanggung orang tua kita untuk membiayai hidup kita.

Ketujuh, Bersungguh-sungguh

Seorang muslim haruslah bersungguh-sungguh bagi dirinya (mujahidu linafsihi). Kalo' ngerjain sesuatu jangan setengah-setengah. Cobalah berkomitmen dalam setiap aktivitas kita. Hasilnya akan lebih optimal. Gunakan kemampuan maksimal kita, apapun hasilnya. Allah menilai prosesnya, bukan hasil semata.

Kedelapan, Bermanfaat bagi orang lain

"Orang yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain...", begitu kata Rasulullah Muhammad saw. Islam adalah agama yang rahmatan-lil-'alamin. Seorang muslim pun harus demikian. Rasulullah yang hanya punya dua lembar pakaian pun kalau Qurban menyumbang 100 ekor unta! Begitulah, nafi'un lighairihi adalah sifat kedelapan dari pemuda idaman. Kata Rasulullah : "Belum beriman seseorang kalau dia belum mencintai saudaranya (sesama mukmin) seperti mencintai dirinya sendiri..." Coba cek diri kita. Apakah kita ingat saudara-saudara kita yang kesulitan makan, saat kita menghamburkan uang begitu saja?

Kesembilan, Teratur segala Urusannya

Manajemen yang bagus harus dimiliki oleh seorang pemuda muslim. Kalo' perlu, punyai buku agenda yang mengatur berbagai macam kegiatan kita, janji-janji kita, atau catatan uang yang masuk dan keluar. Jangan sampai manajemen seorang muslim amburadul. Ini yang disebut 'munazham li syu'unihi'

Kesepuluh, Menjaga Waktu

"Al-waqtu kasy-syaif..." gitu katanya pepatah arab. Waktu ibarat pedang, begitulah artinya kira-kira. Bener lho! Kalo' kita bisa menggunakan waktu dengan baik, maka waktu akan sangat berguna bagi kita. Tapi, kalo' kita menyia-nyiakannya, banyak musibah yang akan kita terima. Yuk, manfaatin waktu!

(diambil dari buletin Salam, buletin da'wah Rohis Al-Uswah SMA N 1 Jogja dengan perubahan seperlunya)

Mengadulah Pada Kekasihmu


Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Kupersembahkan tulisan ini untukmu wahai bangsa Indonesiaku...
Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan hidayah-Nya padamu
Dalam menghadapi kemelut bangsa ini...
Aamiin, Ya Rabbal 'aalamiin.


Bismillaahirrahmaanirrahiim

"Mengadulah Pada Kekasihmu...!"

Sahabatku rahimakumullah...
Ujian apakah gerangan yang sedang melanda dirimu kini?
Yang kau balut dengan senyuman?
Dan jika sudah tak kuasa menahan...
Kau tumpahkan pada orang-orang yang terpercaya...
Ataupun lewat sarana dan media...

Sahabatku...
Yang Menciptakan kita berkata:

"I'lamuu annamal hayaa tuddun-yaa la 'ibun".
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah suatu permainan. [QS. Al-Hadiid (57): 20]

Kita ini sesungguhnya sedang bermain dalam sebuah panggung kehidupan yang diciptakan-Nya. Dengan berbagai peran, keadaan dan penjiwaan...

"Wa annahuu huwa adhaka wa abkaa".
Dan bahwasanya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.
[QS. An-Najm (53):43]

Adegan apa yang sedang engkau perankan wahai sahabatku???
Seorang yang kaya...ataukah miskin?
("Kaya jiwa ataukah harta?", "Miskin harta ataukah bathin?")


Seorang insan yang penuh duka... ataukah seorang hamba yang senantiasa ceria dan bahagia?.
Suatu ketika peran yang kau mainkan akan memaksamu untuk menangis...
Dan lain ketika memaksamu untuk tertawa...
Duniapun penuh warna dan langit pun terpesona...!!!
Masya Allah...
Itulah Kuasa-Nya Allah...

(Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaa ha ilallah, wallaahu Akbar...)

Karena itu sahabatku...
Bermainlah dengan penuh rasa cinta dan kesabaran,
niscaya engkau ta'kan sulit melakukannya.
Ikuti petunjuk pengarah adeganmu (Rasul Allah saw),
agar Sang Penulis Skenario Cerita (Allah swt) merasa senang,
karena engkau mampu memainkannya dengan baik.

Ingat!!!
Jangan mau terperdaya...
Karena sungguh!!!
Setiap adegan yang kau lakukan akan senantiasa dinilai
dengan cermat dan penuh perhitungan !!!

Aduhai gerangan.
Kini kau sulit memainkannya.
Adegan itu semakin hari semakin berat saja...
Terlalu payah dan melelahkan...
Begitu banyak menguras energi dan fikiran.
Rasamu pun tak karu-karuan!
Tanpa disadari engkau pun bergumam, "Aku tak bisa...!"
Yach...begitulah kita manusia...!!!

Duhai yang dilanda duka.
”Laa tahzan walaa takhaaf.”
Janganlah sedih dan janganlah takut.
Sang Penulis Skenario berbisik lembut pada qalbumu.:
"Maa wadda 'aka rabbuka wamaa qalaa".
Tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan tidak pula benci kepadamu".
[QS. Ad-Dhuha (93): 3]
"Asaabakum ghamman-bighammin-likailaa tahzanuu 'alaa maa faa takum walaa maa a shaa bakum".
Allah menimpakan padamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput daripada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. [QS. Ali-Imran (3): 153)

Dekati Dia.
Bukankah dengan Sifat Maha Penyayang-Nya engkau sebut Dia Yang Tersayang?!...
Bukankah dengan Sifat Maha Pengasih-Nya engkau sebut Dia Sang Kekasih?!...
Mengadulah Pada Kekasihmu...!!!
Dia akan menguatkan jiwamu, menentramkan qalbumu.
Dia Sebaik-baik Penolong... Sebaik-baik Pelindung...
Percayakan semua pada-Nya.
Karena dalam cinta ada kepercayaan!!!

Ooo.. Ini bukan saat yang tepat untukmu sahabatku.
Lihat di kanan dan kirimu!
Hiruk pikuknya mebuatmu sulit untuk berkonsentrasi.

"Inna laka finnahaa ri sabhan-thawiilaa".
Sesungguhnya bagimu pada siang hari mempunyai urusan yang banyak".
[QS. Al-Muzzammil (73): 7]

Karena itu menyepilah. Ucapkan pada-Nya.
"Yaa Habibi.. Wahai Kekasihku.. Aku ingin mengadu pada-Mu!"
Dengan kelembutan-Nya Ia berfirman:
"Qumil laila".
Bangunlah untuk shalat di malam hari.
[QS. Al Muzzammil (73): 2]
”Nisfahuu awin-qush minhu qaliilaa".

(Yaitu) seperduanya atau kurang dari padanya sedikit.
[QS. Al-Muzzammil (73): 3]
"Au zid 'alaihi".
Atau lebih atasnya.
[QS. Al-Muzzammil (73): 4]


Shalatlah dengan penuh rasa cinta dan kerinduan.
Itu akan membuatmu khusyu'...


Kemudian...
Tumpahkanlah segala apa yang menyesakkan dadamu.
Adukan semua pada-Nya...
Dengan ungkapan pilu... ataupun diiringi tangisan yang lembut...
Karena sesungguhnya...
Dia adalah Sebaik-Baik Pendengar.

Dan Berdo'alah...
Dengan penuh harap, rendah diri, dan suara perlahan...
seperti do'a yang diajarkan-Nya:


"Rabbi adkhilnii mudkhala sidqin-wa akhrijnii mukhraja sidqin-waj 'al lii min-ladunka sulthaanan nashiraa".
Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.
[QS. Al-Israa (17): 80]


"Jaa al haqqu wazahaqal baa thilu, innalbaa thila kaana zahuu qaa".
Telah datang yang benar dan telah lenyap yang bathil.
Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
[QS. Al-Israa (17): 81]

Ataupun do'a-do'a lain yang menjadi keinginan...
Hantarkan ia dengan bahasa yang mudah bagimu...dan
Jangan pernah merasa sungkan...

Sabda Rasullullah saw:
”Sesungguhnya Rabbmu itu Pemalu lagi Pemurah, merasa malu apabila tidak mengabulkan do'a kepada hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya untuk berdo'a lalu dikembalikan kosong.”

Selanjutnya...

"Faqra uu maa tayassara minal qur aan".
Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Qur'an.
[QS. Al-Muzzammil (73): 20]


"Warattilil qur aana tartiilaa".
Dan Bacalah Qur'an itu secara perlahan-lahan.
[QS. Al-Muzzammil (73): 4]


Untuk apa Ia menyuruhmu membaca Surat Cinta-Nya (Al-Qur'an) wahai sahabatku?...

"Nu nazzilu minal qur aani maa huwa syifaa un-warahmatun-lilmu'miniin".
Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
[QS. Al-Israa (17): 82]


Nah, bagaimana keadaanmu sekarang?...
Terasa ringan bukan?
Insya Allah.
Dan saat-saat yang indah bersama-Nya ini tak'kan pernah kau lupakan.
Di mana engkau akan senantiasa rindu dan ingin s'lalu menjumpai-Nya.
Jika tak'bertemu sehari saja.
Ada sesuatu yang hilang.
Ia pun semakin sayang dan semakin cinta padamu.
Masya Allah.

Tetapi sahabat.
Tahukah dirimu kenyataan yang sebenarnya?...
Sesungguhnya Sang Kekasih itu senantiasa ada bersamamu.
Tak pernah jauh.
Dia begitu dekat.. sangat dekat.
Mampukah engkau menangkap keberadaan-Nya?...
[QS. Al Baqarah (2): 186], [QS. Qaaf (50): 16], [QS. Al-Baqarah (2): 115],
[QS. Al-Hadiid (57): 4]


Dia ada di sini.
Melihat aku menulis untukmu.
Dan melihatmu.
Yang kini sedang meresapinya.
Karena ini juga adalah suatu adegan.
Bagaimana dengan adegan selanjutnya?.
Dengarkan bisik qalbumu.
Dan engkau pun akan tahu jawabannya..

Wabillaahi taufiq walhidayah,
Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


(disadur dari tulisan Ratna Dewi, DT)

- Jundi -


(kiriman dari Roni Wijaya, alumni SMA N 3 Bantul)

Rabu, 03 Juni 2009

Kerendahan Hati


KERENDAHAN HATI

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin,

Yang tegak di puncak bukit,
Jadilah saja belukar yang terbaik,
Yang tumbuh di tepi danau.....


Kalau engkau tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput,
Tetapi rumput yang memperkuat tanggul,

Di pinggiran jalan.....


Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya,

Jadilah saja jalan kecil,

Tetapi setapak yang membawa orang ke mata air.....


Tidak semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya.....!!

Bukan besar kecilnya tugas
Yang menjadikan rendah nilai dirimu.....


Jadilah saja dirimu,
Sebaik-baik dari dirimu sendiri.....


- Jundi -



(kiriman dari Roni Wijaya, alumni SMA N 3 bantul)

followers

RSS Subscribe