Rabu, 20 Mei 2009

seandainya Rasulullah berkunjung ke rumah kita


Seandainya Rasulullah Berkunjung ke Rumah Kita..

Bayangkan apabila Rasulullah saw dengan seizin Allah swt tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita...
Beliau datang dengan wajah tersenyum dan wajah bersih berseri di depan pintu rumah kita.
Apa yang akan kita lakukan?

Mestinya kita akan merasa berbahagia, memeluk beliau erat-erat lantas mempersilakan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian tentunya kita akan memohon dengan sangat agar Rasulullah saw sudi menginap beberapa hari di rumah kita.

Beliau tersenyum...
Tapi, barangkali pula kita meminta Rasulullah saw menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat CD dan play station yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkannya ke dalam.

Beliau tentu tersenyum...
Atau barangkali kita teringat pada gambar wanita mengumbar aurat yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang dengan tergesa-gesa.

Beliau tentu tersenyum...
Bagaimana bila kemudian Rasulullah saw bersedia menginap di rumah kita?
Barangkali kita akan teringat bahwa adik kita lebih hafal lagu barat ketimbang menghafal shalawat kepada Rasulullah saw.
Barangkali kita menjadi malu karena adik-adik kita tidak mengetahui sedikit pun sejarah Rasulullah saw, karena kita lupa dan lalai mengajari adik-adik kita.

Beliau tentu tersenyum...
Barangkali kita menjadi malu karena adik kita tidak mengetahui satu pun nama keluarga Rasulullah dan sahabat, tetapi hafal di luar kepala nama tokoh-tokoh film kartun kesukaannya. Barangkali kita terpaksa menyulap satu kamar menjadi ruang shalat.
Barangkali kita baru sadar bahwa para wanita di rumah kita tidak memiliki satu pun pakaian yang pantas dipakai berhadapan dengan Rasulullah.

Beliau tentu terssenyum...
Belum lagi koleksi kaset kita dan adik-adik kita.
Belum lagi koleksi poster di kamar kita dan adik-adik kita.
Ke mana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita?
Barangkali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk di depan televisi.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tak pernah menjalankan shalat sunah.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tak biasa membaca Al-Qur'an.
Barangkali kita menjadi malu karena kita tidak mengenal tetangga sebelah rumah kita.

Beliau tentu tersenyum...
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita.
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah saw menanyakan nama penjaga masjid di kampung kita.

Betapa beliau masih ada di situ...
Bayangkan apabila Rasulullah saw tiba-tiba muncul di depan pintu rumah kita...
Apa yang akan kita lakukan?

Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilakan beliau masuk dan menginap di rumah kita?
Ataukah akhirnya dengan berat hati kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan membuat repot dan malu?

Maafkan kami ya Rasulullaah...
Masihkah beliau tersenyum?
Senyum pilu, senyum sedih, dan senyum getir...

Masya Allah...
Betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah.

(diambil dari buletin Salam, buletin da'wah Rohis Al-Uswah SMA N 1 Jogja)

Selasa, 19 Mei 2009

Keinginan Besar dan Cita-cita Tinggi


"Climb high, climb far, your goal the sky, your aim the star..
Panjat yang tinggi, panjat yang jauh, tujuanmu langit, sasaranmu bintang.."

Obsesi. Cita-cita. Keinginan. Harapan. Adalah kata-kata yang mampu menggerakkan seluruh otot tubuh kita. Satu kata, sejuta makna. Kata yang mampu membuat segala sesuatu yang "tidak mungkin", menjadi mungkin. Sama persis dengan mimpi. Selalu begitu. Apa yang kita obsesikan, apa yang kita cita-citakan, apa yang kita inginkan, apa yang kita harapkan, tetapi belum terwujud menjadi sebuah kenyataan, seringkali terjadi dalam mimpi kita. Semua yang maya, seakan sudah nyata.

Manusia tak punya rasa puas. Bagi mereka, obsesi, cita-cita, keinginan, maupun harapan saja tidak cukup. Karena obsesi, cita-cita, keinginan, maupun harapan yang diimpikan adalah yang besar dan setinggi-tingginya. Ibarat sudah 'menguasai' satu gunung, pasti selalu saja ada impian untuk menguasai gunung-gunung yang lainnya. Dan pada saat itulah, manusia dengan berbagai cara dilakukan untuk mewujudkannya.

Meraih semua itu bukanlah hal yang mudah. Butuh perjuangan, butuh pengorbanan. Pengorbanan fisik yang kuat, materi yang tidak sedikit, pikiran yang cerdas, jiwa yang lapang, semuanya. Untuk menggapainya, seringkali harus kerja tak kenal lelah, tak kenal putus asa, kerja keras, semakin sedikit istirahatnya, kadang harus mendaki jalan yang menanjak, kadang tersandung batu dan kerikil-kerikil tajam hingga berdarah, bahkan seringkali membuat makanan yang lezat serasa hambar sebelum mampu mendapatkannya.


Begitulah. Apapun akan dilaluinya hingga semua yang masih maya itu benar-benar menjadi nyata. Biar yang masih dalam mimpi itu terwujud menjadi kenyataan dalam kehidupan.

Memang... obsesi, cita-cita, keinginan, maupun harapan itu harus yang tinggi. Agar kelak bisa merasakan puncak kenikmatan setelah melewati jalan panjang yang melelahkan. Tapi, adakah kenikmatan yang benar-benar nikmat di dunia ini? Adakah kebahagiaan yang benar-benar bahagia di dunia ini? Mereka yang menjadikan dunia ini hanya kehidupan sementara, tentu semua mimpi-mimpinya itu bukanlah hanya mimpi dunia. Mimpi-mimpi mereka adalah mimpi-mimpi yang menembus tanpa batas. Mimpi-mimpi mereka sampai negeri jauh di atas sana, di akhirat. Karena di sana lah adanya kenikmatan dan kebahagiaan hakiki.

"Climb high, climb far, your goal the sky, your aim the star.. Panjat yang tinggi, panjat yang jauh, tujuanmu langit, sasaranmu bintang.."adalah sebuah tulisan penyemangat yang tertempel di tembok tua, yang di atasnya berupa lukisan danau jernih airnya, dikelilingi padang rumput menghijau dan pepohonan rimbun menjulang tinggi, di antara tebing yang curam dan bebatuan yang terjal, yang dinaungi awan putih yang berserakan di langit yang membiru. LukisanNya indah, bukan? Akankah kita mampu merasakannya?

Sungguh, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah telah membuat kita harus merenung kembali..

Sebuah keinginan besar & cita-cita tinggi,
memang tak bisa diperoleh dengan sedikit usaha,
atau perjuangan setengah-setengah..

"Para pemikir di seluruh generasi sudah menyimpulkan,
suatu kenikmatan tidak akan bisa dicapai
melalui sesuatu yang nikmat juga.
Barangsiapa yang banyak utamakan istirahat,
maka ia akan didatangi oleh peristirahatannya sendiri.
Sebesar kengerian & kesulitan dalam mencapai sesuatu,
sebesar itu lah kesenangan & kelezatan yang dirasakan."

(Ibnul Qayyim Al-Jauziyah)

Selamat berjuang untuk meraih segala mimpi-mimpimu!

- Roma -

Penciptaan Sejarah yang Pertama Kali


Masa muda. Kira-kira begitu jawabannya. Jawaban yang bisa ditangkap dari sorot matanya yang tajam, jauh menerawang mengingat kembali masa-masa perjalanan hidupnya, dari sosok generasi tua yang telah memasuki usia senja itu. Senyuman di bibirnya dan raut muka yang cerah ceria itu seolah sedang berkata, "Aku bangga dengan masa mudaku." Dan pada saat itu juga, seakan-akan semua catatan sejarah sejak masa kecilnya terlintas dalam benak yang benar-benar hidup di depan mata..

Masa muda. Siapa yang tidak ingat dengan masa-masa penuh kenangan indah itu? Siapa yang tlah melupakan saat-saat yang dijejali dengan suka duka, mengharu biru, dan mengasyikkan itu? Jawabannya cukup sederhana, bukan? Yha..pasti tak ada yang membuang semua ingatan masa mudanya. Meski tentu saja ini tidak sedang menafikan masa-masa kebahagiaan sewaktu kecil. Tapi, masa muda tetap lah akan menjadi masa-masa kenangan indah yang tak pernah terlupakan..

Masa muda adalah masa-masa di mana seorang manusia sedang mengalami masa-masa kuatnya. Suatu masa di mana seorang manusia tengah bergelut dengan ukiran-ukiran prestasi gemilangnya. Dan ia pula menjadi masa-masa puncak kecemerlangan sejarah hidupnya. Itulah sebabnya, bagi generasi tua yang telah dipupus oleh usia yang semakin senja itu, masa muda menjadi masa yang mengesankan. Dan bagi mereka, generasi muda adalah generasi harapan yang akan meneruskan perjuangan sejarah masa lalu yang telah mereka torehkan.

Satu pertanyaan yang pasti mesti kita jawab oleh diri kita adalah, "Apakah harapan yang mereka, para generasi tua itu mampu kita wujudkan?" Itulah kira-kira pertanyaan taktis yang harus kita jawab. Yha..kita lah yang harus menjawab, bukan orang lain. Karena kita lah saat ini, orang-orang yang dianggap oleh para sesepuh kita itu sebagai generasi muda harapan sejarah masa depan..

Lalu, jawaban seperti apakah yang akan kita berikan, wahai generasi muda? Jawab lah dan buktikan sekarang juga..

Suatu saat, dalam sebuah nasehatnya yang singkat, Ustadz Syatori Abdur Rauf, pengasuh PPMDS Jogjakarta, mengingatkan kepada para generasi muda. Ada 2 hal yang harus dimiliki oleh generasi muda agar mereka menjadi pemuda-pemuda yang ideal. Pemuda semestinya memiliki keterpaduan 2 hal tersebut.

Pertama, pemuda harus memiliki ketajaman.
Apakah ketajaman yang dimaksud? Ketajaman yang dimaksud adalah cerdasnya kemampuan akal pikiran dalam menanggapi peristiwa demi peristiwa yang terjadi dalam hidup ini, sekaligus menentukan sikap terbaik yang harus ia lakukan.

Pemuda ibarat mata air yang selalu memancarkan airnya, tak pernah kering, dan menjadi 'sumber' kehidupan. Pemuda idealnya senantiasa mengasah kekuatan akal pikirannya, menggunakan semaksimal mungkin kekuatan berpikirnya untuk menghadapi segala tantangan kehidupan sehingga mereka bisa memilih dan mengambil langkah tepat sekaligus terbaik yang mesti ia lakukan. Dengan kekuatan akal pikirannya itu lah pemuda mampu menjawab segala tantangan zaman dengan solusi yang tepat.

Kedua, pemuda harus memiliki kepekaan.
Kepekaan yang dimaksud adalah cerdasnya kekuatan hati untuk memaknai peristiwa demi peristiwa yang ia alami dalam hidup untuk kemudian dicari hikmah dari peristiwa tersebut.

Yupz..sadar atau tidak, setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita itu adalah bukan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara kebetulan, kan? Nha, tentu semuanya ada maksud dan tujuan mengapa peristiwa itu terjadi dalam hidup ini. Hanya saja, tidak setiap kita mampu 'membaca' apa maksud dari peristiwa itu terjadi dalam hidup kita.

Wahai generasi muda, agar kita bisa memahami bahwa setiap peristiwa yang kita alami tidak ada yang sia-sia, memiliki kepekaan (kekuatan) hati menjadi sebuah keniscayaan. Karena dengan kepekaan hati ini lah kita, pemuda harapan masa depan, bisa mengerti hakikat peristiwa yang terjadi dan dari peristiwa itu lah kita bisa mengambil pelajaran.

Dua hal ini lah yang akan mengantarkan kita menjadi sosok pemuda ideal yang akan menorehkan sejarah. Tentu kedua hal tersebut juga akan didukung oleh kekuatan fisik kita, generasi muda yang jika dibandingkan dengan generasi kanak-kanak dan generasi tua, pemuda memiliki satu kelebihan yaitu kekuatan fisik yang lebih prima.

Sekarang, sudah saatnya lah kita berbenah diri agar mampu menjadi pemuda ideal sehingga mampu mewujudkan harapan-harapan generasi tua, para pendahulu sejarah hidup kita. Maka, tidak ada salahnya jika Dr. Mustafa As-Siba'i pernah mengungkapkan dalam satu pernyataannya seperti berikut..

Kaum muda,

membuat sejarah dengan hati mereka,
para cendekia,
membuat sejarah dengan akal pikiran mereka,
dan orang-orang yang arif bijaksana,
membuatnya dengan jiwa mereka.

Apabila di antara hati, akal, dan jiwa
saling menunjang untuk membuat sejarah,
pasti sejarah kita tidak akan pernah pudar sinarnya,
dan tidak akan padam obornya.
Dan itulah penciptaan sejarah yang pertama kali.

(DR. Mustafa As-Siba'i)

Dari pernyataan itu, setidaknya kita bisa bayangkan jika generasi muda hari ini adalah generasi yang mampu mensinergikan antara hati, akal, dan jiwa. Yha, generasi muda sekarang harus menjadi generai muda yang cerdik cendekia dan merupakan oarang-orang yang arif bijaksana.

Akhirnya, selamat berjuang menjadi generasi seperti itu, wahai pemuda. Sejarah telah menanti goresan tinta perjuanganmu!

(diambil dari catatan sejarah perjalanan hidup pribadi, 23 Januari 2005)

- Roma -

Memelihara Ketaatan kepada Allah

Bagi kamu yang sekolahnya di kelas yang banyak ngotak-atik dunianya ilmu alam, atau yang juga pernah mampir ke kelas itu karena di kemudian hari trus 'menceburkan' diri di dunianya ilmu sosial, pasti masih ingat kan, kalau di dalam otak manusia itu banyak sarafnya? Yha, tentu kita semua tahu bahwa otak kita yang keliatannya kecil itu ternyata menyimpan berjuta saraf yang memiliki fungsi luar biasa. Otak menjadikan kita sebagai manusia, lebih bermakna.

Percaya atau tidak, jika ada yang salah pada salah satu saraf otak kita, misalnya yang lumayan parah adalah ada yang putus saraf di otak kita, entah karena pernah jatuh dan kepala kita terbentur sesuatu, atau karena penyebab lainnya, maka itu bisa menyebabkan kita menjadi manusia yang g normal lagi.

Bisa jadi g normalnya kita adalah menjadi sulit mengingat masa lalu atau pun memori-memori yang telah kita simpan lama, atau kita menjadi sering mudah lupa alias pikun hingga tidak ingat sama sekali, bahkan yang lebih gawat lagi adalah kita bisa jadi gila. Mengerikan, bukan?

Yha, itulah sebabnya kita sekarang sebagai anak muda mestinya sangat bersyukur bisa menikmati masa muda kita dengan memiliki otak yang berfungsi secara normal. Tentu saja syukur nikmat ini tidak cukup hanya dengan mengucapkan "Alhamdulillaah.." sampai ribuan kali. Tapi, lebih dari itu, kita harus mengisi masa muda kita dengan menggunakan kekuatan otak kita misalnya untuk berbuat dan berkarya dan memberikan kemanfaatan untuk diri sindiri dan dunia sekitar kita.

Bagi kamu yang rajin nyatet pas guru di kelasmu menjelaskan suatu mata pelajaran, meskipun g semua perkataan gurumu kamu catet tentunya (hehe.. ya jelas, kalo' dicatet semuanya, bisa ngabisin buku lah..), pasti catetan-catetan yang sudah kita tuliskan itu suatu saat akan sangat berguna jika sewaktu-waktu dibutuhkan atau jika kita sudah agak lupa dengan apa-apa yang pernah diajarkan oleh guru kita tersebut.

Kita bisa membuka-buka kembali catatan-catatan kita dan mengingat-ingat kembali lewat catatan-catatan itu terkait dengan penjelasan guru kita. Jadi, g ada salahnya jika kita rajin nyatat pas pelajaran di kelas, kan? hehe.. Apalagi jika banyak materi yang diajarkan, sampai bertumpuk-tumpuk buku sekalipun, kelak jika membutuhkan, kita tinggal buka kembali dan mengingat kembali.

Sama halnya dengan otak kita. Otak kita salah satu fungsinya adalah untuk mengingat memori-memori yang terjadi dalam kehidupan kita. Semakin banyak yang kita lakukan, semakin banyak kita keliling dunia, semakin banyak kita membaca, semakin banyak yang kita lihat dan kita dengar, maka akan semakin banyak pula yang akan kita endapkan dan menjadi memori dalam otak kita. Dan pada saat itu berarti pula kita akan semakin banyak menambah kapasitas kekuatan ingatan kita. Tentunya kelak jika sudah saatnya semua yang masuk dalam otak itu dibutuhkan, kita akan mengeluarkannya satu per satu, kita akan berusaha mengingat satu per satu memori masa lalu, bahkan mungkin kita kadang harus berpikir keras untuk mencoba bisa mengingatnya karena tidak selamanya kita mampu secara pasti atas mengingat segala memori yang sudah diendapkan itu.

Bagi kamu yang terbiasa menggunakan kekuatan otak sedari kecil atau masa muda ini, tentu tidak akan mengalami kesulitan untuk mengingat memori-memori yang ada dalam ingatannya. Bagi kamu yang sering mengasah otak kamu untuk senantiasa berpikir, maka tidak akan kewalahan, kan? G perlu buka-buka catatan di buku-buku kita he..

Bahkan kalau kita terbiasa memfungsikan daya otak kita, malahan dalam tidur kita pun seringkali mimpi apa-apa yang sering kita ingat dan pikirkan. Dalam igauan-igauan tidur kita pun bisa jadi tanpa sadar mengucapkan apa-apa yang ada di otak kita sehari-hari. Misalnya kita punya keinginan jadi juara kelas, karena saking terobsesinya, maka dalam mimpi tidur, kita bisa saja meraih juara kelas itu hehe..

Karenanya, kita yang masih memiliki kesempatan merasakan masa muda ini, sebaiknya memfungsikan kekuatan otak kita dengan sebenar-benarnya. Mengisi masa muda kita dengan semakin banyak belajar, membaca, melihat, mendengar, merasakan, berpikir, dan memanfaatkan kekuatan fisik kita untuk menjaga ketaatan kita kepada Sang Pencipta Otak kita. Masa muda adalah masa keemasan kita, masa kekuatan kita, gunakanlah sebaik-baiknya. Ingatlah satu pesan indah buat kita ini..

Barangsiapa yang memelihara ketaatan kepada Allah

di masa muda dan masa kuatnya,
maka Allah akan memelihara kekuatannya
di saat tua dan saat kekuatannya melemah.

Ia tetap akan diberi kekuatan pendengaran,
penglihatan,
kemampuan berpikir,
dan kekuatan akal.

(Ibnu Rajab)

Yach, karena kita yakin bahwa jika kita senantiasa memelihara kekuatan yang ada pada diri kita di masa muda, maka kelak Allah akan memelihara kekuatan kita di saat kita mulai melemah karena memasuki usia senja. Kita tetap akan terjaga kekuatannya di saat yang lain sudah melemah..

Jiwa Pemuda Islam

Jika aku bertanya, "Siapakah orang yang menjadi idola kamu saat ini?", maka kira-kira jawaban apa yang akan kau berikan, jujur saja aku tidak tahu. Bicara soal idola, aku jadi ingat sama anak kecil. Yup, anak kecil. Coba kamu perhatikan baik-baik pada diri anak kecil..

Anak-anak adalah manusia yang dipenuhi dengan dunia imitasi 'meniru'. Anak-anak itu belum memiliki fungsi otak yang matang untuk berpikir sehingga segala sesuatu yang dilakukannya adalah segala hal yang dia lihat dan apa yang diajarkan kepadanya dari sang idola dengan cara meniru. Dia tidak memilih mana yang baik untuk dirinya atau mana yang tidak baik untuk dirinya. Seperti ketika dia nonton film kartun kesayangannya, dia cenderung akan sering bertingkah laku sebagaimana tokoh-tokoh kartun yang digemarinya, tokoh-tokoh kartun yang menjadi idolanya. Itulah dunia mereka, penuh dengan peniruan. Itulah sebabnya, bagi anak-anak seperti mereka, tokoh idola seringkali menjadi sumber inspirasi untuk melakukan sesuatu.


Lalu, apa hubungannya dengan kita, yang sudah menginjak usianya anak muda? Aku yakin, di antara kita mungkin masih memiliki karakter-karakter semasa kanak-kanak itu. Kita masih seperti mereka yang suka mengidolakan seseorang dan pengen meniru tingkah laku sang idola kita, kan?

Ada satu hal yang mesti kuingetin buat diriku dan dirimu, semuanya, kita harus sadar bahwa masa muda kita tentu harus beda dengan masa kanak-kanak kita. Masak kita mengidolakan Shinchan, Sponge Bob, Power Ranger, dan sejenisnya itu. Jelas gak lucu lah hehe.. (gak lucu koq ketawa..??)

Terkait dengan hal tersebut, kita adalah pemuda yang bukan anak kecil lagi, yang sudah memiliki fungsi otak yang lebih matang sehingga bisa berpikir dan memilah serta memilih mana yang baik untuk kita dan mana yang tidak baik untuk kita. Makanya, bagi kita, para pemuda memiliki idola tidak asal punya idola dan ngikut serta niru apa saja yang ada pada diri sang idola, tetapi kita harus mampu 'menyaring' apa saja yang baik pada diri sang idola yang memang tepat untuk kita tiru. Dan semestinya dalam memilih sang idola pun harus memiliki alasan yang idiologis kenapa kita mengidolakannya. Karena kalau kita ngikutin idola yang gak baik, kita hanya akan jadi pemuda yang terbawa arus perkembangan zaman. Saat itulah kita justru akan menjadi pemuda yang kehilangan jati diri, kehilangan identitas kita. Apalagi kita seorang muslim. Kita gak pengen kan kehilangan jati diri dan identitas kita sebagai pemuda Islam?

Nha, biar gak kehilangan jati diri kita sebagai pemuda Islam, tentunya kita harus memiliki kebanggan dengan identitas kemusliman kita. Kita mesti tampil beda dengan mereka-mereka, pemuda-pemuda yang ngasal dalam milih idola, asal tampil beda, dan asal ikut-ikutan trend mode yang gak karuan. Siapa pun idola kita, tidak boleh menjadikan kita menanggalkan identitas kita sebagai pemuda Islam.

Oleh karena itu, memiliki konsep diri yang jelas tentang diri kita sebagai pemuda Islam adalah sebuah keharusan. Kita kudu kenal dan fahm betul pemuda yang diinginkan Islam itu kayak apa. Dari sanalah kita akan mulai melangkah dan berbuat sesuatu untuk menggapai cita-cita kita. Cita-cita yang tidak hanya sesaat di dunia ini, tetapi juga untuk meraih kebahagiaan di akhirat kelak. Di atas semua itu, marilah segera kita miliki jiwa pemuda Islam yang sesungguhnya, seperti yang digambarkan oleh Hasan Al-Banna..

Kami menginginkan jiwa-jiwa yang hidup,

kuat, dan selalu muda..

Hati yang baru,
yang senantiasa berkibar-kibar,
dan ruh yang selalu menggelora,
dan berobsesi,
untuk menuju cita-cita yang tinggi.."

(Hasan Al-Banna)

- Roma -

sinar iman



Kala ku seorang diri,
hanya berteman sepi dan angin malam,
ku coba merenungi,
tentang jalan hidupku.

Di keheningan malam,
ku dengar senandung Qur'an membahana,
tersentuh hati ini,
akan kehidupanku,
dalam Islam.

ha.. ha.. ha..
di dalam Islam
ha.. ha.. ha..
di dalam Islam

Seberkas cahaya iman,
menerangi jiwaku.
Membuat hidup ini tenteram,
dan damai,
dambaan insan di dunia ini.

(lagu gubahan Seberkas Sinar)

menghadap



Aku
Sujud dalam sunyi
Gelap luas tanpa batas

Aku
Merasa kecil nan lemah
Tanpa daya di hadapanNya

Dia
Dekat rapat tanpa batas
Namun jauh jauh seribu bintang

Dia ada tak berada
Bukan di tempat atau saat
Bukan benda pun makhluk

WujudNya sungguh tiada
Tiada aku mencapaiNya
Walau hanya dalam angan

Aku bersimpuh
Ada berkas cahaya terang
Menyinari hati hamba

(Mengenal Penciptaku, Diary Mentoring hal 9)

goresan untukmu



Wahai jiwa tegar yang dirindukan Islam,
padamu asa ini dilantunkan,
karya dan prestasimu dinanti zaman,
untuk mengusung Islam pada kejayaan.

Bangkitlah...

Engkau adalah ghuroba',
yang mengadakan perbaikan,
di tengah kerusakan manusia.

Engkau adalah kekuatan baru,
yang dikehendaki Allah,
untuk membedakan yang hak dan yang batil,
di saat perbedaannya telah kabur.

Engkau adalah pejuang Islam pembawa risalah Qur'an,
penghubung antara langit dan bumi,
pewaris nabi Muhammad dan khalifah.

Pernahkah engkau bayangkan...

Hati yang terpaut,
karena indahnya akhlak,
sebagai buah aqidah.

Bunga yang tumbuh,
disiram dengan untaian ibadah.

Kerinduan yang sangat,
dipendam dalam do'a kecemasan pada Ilah.

Ya Allah...
Pertemukan kami dalam ikatan keluarga sakinah.

(diambil dari mukadimah Diary Mentoring, Handbook for Future Moslem Leader, KSAI Al-Uswah, dengan penambahan dan pengurangan seperlunya)

sebuah pengantar



Kubuka jendela kamarku,
kurasakan hangatnya serpihan mentari,
menerpa lembut mukaku.
Kusambut pagi yang ceria,
bahagia,
penuh harapan baru.

Kubercermin bangga...
Semuanya telah berubah,
pemikiranku,
emosiku,
keadaan jasmaniku,
keinginanku,
bahkan harapanku.

Aku bukan anak kecil lagi.
Aku sudah besar.
Ingin kutunjukkan pada seluruh dunia
bahwa aku sudah dewasa,
bisa bertanggung jawab,
dan aku dapat memilih sendiri jalanku,
dan menjadi diriku sendiri..

Beribu jalan di depan.
Tapi aku harus bisa memilih.
Jalan yang membawaku pada
keridhaan Ilahi..

Untukmu generasi harapan,
yang selalu rindukan kemenangan.
Untukmu generasi pilihan,
yang kan memuliakan umat ini,
dengan prestasi dan kesetiaan.

Sebuah karya kecil sederhana
yang telah dibuat dengan penuh cinta,
cinta karena Allah semata.
Semoga dapat menjadi teman
yang dapat menuntun
tuk menuju ridhaNya..

(diambil dari mukadimah Diary Mentoring, Handbook for Future Moslem Leader, KSAI Al-Uswah, dengan penambahan dan pengurangan seperlunya)

followers

RSS Subscribe