Selasa, 18 Agustus 2009

sukses berpuasa

Sukses Berpuasa

Selain menjalankan ibadah wajib serta memperbanyak ibadah sunnah di dalam bulan Ramadhan, kita perlu menjauhi perbuatan-perbuatan yang akan merusak nilai ibadah kita. Di antara etika yang hendaknya diperhatikan antara lain:
  • Memelihara lidah dari semua kekejian dan kejahatan
Orang yang berpuasa wajib meninggalkan perilaku yang buruk, dalam hal ini wajib menjaga lidah dari kesia-siaan seperti berdusta, mencaci orang, mencampuri urusan orang lain, mengekang mata dan telinga dari mendengar sesuatu yang tidak halal, dan tidak memandang yang haram yang merusak puasa.
  • Membatasi makan dan minum
Hendaknya mengurangkan makan dan minum di kala berbuka dan bersahur. Tiadalah orang yang berpuasa mendapat faedah dari puasanya, jika orang-orang yang berpuasa itu tetap bertabiat rakus di kala berbuka dan loba di kala bersahur, sebagaimana yang lazim dikerjakan orang. Puasa hendaknya menjadi pemotong hawa nafsu, atau alat untuk mematahkan syahwat yang berlebih-lebihan.
  • Memelihara anggota tubuh
Orang yang berpuasa harus memelihara anggota tubuhnya dari perbuatan dosa dan menjauhkannya dari segala urusan yang tidak berguna. Dengan demikian sempurnalah puasanya. Sebab berapa banyak orang yang berpuasa akan tetapi tetap membiarkan anggota tubuhnya terjerumus dalam kemaksiatan. Rasulullah saw bersabda, "Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya melainkan lapar dan haus."
  • Mengurangi tidur di siang hari
Hendaknya orang yang berpuasa tidak terlalu banyak tidur di siang hari, dan tidak terlampau banyak makan di malam hari. Sikap bersahaja lebih dianjurkan agar kita dapat menghayati rasa haus dan lapar puasa. Dengan begitu diharapkan kelak jiwanya akan terdidik dan nafsu syahwatnya akan terkendali dan hatinya akan bercahaya. Di situlah sesungguhnya letak rahasia dan tujuan puasa sebenarnya.
  • Tidak terlalu menyibukkan urusan dunia
Di bulan ramadhan tidak terlalu menyibukkan diri dengan urusan dunia. Akan tetapi membenamkan diri untuk beribadah kepada Allah dan berdzikir dengan sebanyak-banyaknya.
  • Munculnya rasa cemas dan harap
Selepas menjalanakan ibadah puasa hendaknya muncul perasaan harap dan cemas, antara diterima atau tidak puasanya oleh Allah. Sebab sangat boleh jadi selama sehari tadi kita telah melakukan pelanggaran atau ada sesuatu yang tertinggal yang menodai dan mengurangi nilai ibadah puasa kita.


(diambil dari tulisan M. Ali Athwa dalam majalah Hidayatullah edisi Oktobher 2003/Sya'ban 1424H)

Senin, 17 Agustus 2009

cegah gagal ramadhan!

Cegah Gagal Ramadhan!
Langkah-langkah praktis mengantisipasi kemungkinan gagal di bulan suci

  1. Persiapkan fisik dan ruhani lewat latihan puasa dan memperbanyak ibadah sunnah sejak mulai bulan Sya'ban. Jangan sampai kondisi fisik dan stamina ruhani yang melemah di awal Ramadhan membuyarkan semua harapan.
  2. Pelajari berbagai aspek Ramadhan dari A sampai Z seperti adab, rukun ibadah, do'a-do'a, dan dzikir yang mendukung sukses ibadah Ramadhan. Mendalami fiqh Ramadhan sangatlah penting. Jangan segan membuka kembali kitab-kitab tentang bulan mulia ini.
  3. Rancanglah aktivitas hari-hari Anda selama Ramadhan menjadi bagian-bagian yang teratur. Misalnya tentang kegiatan utama seperti shalat, tadarus, ta'lim, menimba ilmu, menghafal atau membaca buku. Tata acara-acara penting anda dalam program jadwal harian, pekanan, atau per sepuluh nhari. Belanja lebaran - jika tak bisa dihindari - lakukan sebelum Ramadhan. Banyak yang sudah berhasil dengan cara ini.
  4. Tentukan target dan prosentase keberhasilan dari tiap-tiap program yang dicanangkan. Hal ini untuk mendisiplinkan kita menjadi muslim yang istiqamah, kelak setelah keluar dari Ramadhan.
  5. Lawanlah kemalasan sekeras mungkin. Sebaliknya, tumbuhkan semangat kita untuk shalat berjama'ah, menimba ilmu di majelis-majelis ta'lim, ke pesantren-pesantern kilat, dan sebagainya.
  6. Jaga waktu tidur di malam-malam Ramadhan. Kegiatan yang harus didahulukan dari apapun adalah qiyamul lail (bangun malam untuk shalat tahajjud). Usahakan tidurlah lebih awal dan bangun pada sepertiga malam. Mulailah kebiasaan ini sebelum masuk Ramadhan.
  7. Bawa mushaf Al-Qur'an ke manapun Anda pergi, kecuali ke tempat-tempat yang dilarang seperti WC. Perbanyaklah membacanya, menghafalnya dan dalami ayat demi ayat kandungan maknanya.
  8. Bukalah pintu maaf sedari sekarang, serta mintalah maaf kepada sebanyak mungkin manusia yang selama ini terlibat langsung atau pun tidak dengan tindakan maupun perkataan dalam kehidupan kita. Membuka pintu maaf dan meminta maaf akan membuka lebar pintu silaturahim sekaligus mensucikan hati sebelum memasuki bulan suci.
  9. Kendalikan lidah seketat mungkin kecuali pada hal-hal yang mengandung kebenaran dan kebajikan saja. Lidah yang tak terkendali akan mematikan hati. Hati yang mati mudah tergelincir pada perkataan dusta dan keji. Cara mencegahnya dengan memperbanyak dzikir dan istighfar.
  10. Jaga mata dan tahan pandangan dari semua hal yang Allah tidak menyukainya jika kita melihat. Apalagi yang haram-haram.
  11. Jaga pendengaran dari segala hal yang makruh, mendengarkan musik yang sia-sia serta pembicaraan yang tidak ada kaitannya dengan keberhasilan Ramadhan.
  12. Mudahlah memberi disertai sifat qanaah yang memperhalus budi kita.
  13. Minta kepada Allah agar tidak termasuk kelompok orang yang gagal melalui Ramadhan kali ini. Mintalah terus sampai menetes air dari kedua mata Anda.
(diambil dari tulisan M. Ali Athwa dalam majalah Hidayatullah, edisi Oktober 2003/Sya'ban 1424H)

Senin, 03 Agustus 2009

dua belas kebiasaan produktif yang dianjurkan

Dua Belas Kebiasaan Produktif yang Dianjurkan

Ada 12 (dua belas) kebiasaan sehari-hari yang jika Anda lakukan dengan baik, akan membuat Anda menjadi lebih produktif dalam hidup.

  1. Sediakan lebih banyak waktu untuk membaca dan sediakanlah waktu 15 menit untuk memikirkan dan mengendapkan bacaan Anda.
  2. Luangkanlah waktu selama 20 menit dalam sehari nuntuk menyendiri dan merenung.
  3. Pertahankan stamina spiritual Anda melalui ibadah mahdhah yang rutin.
  4. Jagalah kondisi fisik Anda dengan cara : makan secara teratur dan bergizi, istirahat yang cukup, dan olahraga ringan yang rutin.
  5. Tingkatkanlah apresiasi Anda melalui seni dan alam.
  6. Buatlah rencana perjalanan wisata Anda.
  7. Luaskanlah wilayah pergaulan Anda.
  8. Tingkatkanlah kontrol terhadap pikiran-pikiran yang memenuhi benak Anda.
  9. Biasakanlah mencatat gagasan secara teratur.
  10. Biasakanlah lebih banyak diam dan mendengar daripada berbicara.
  11. Kontrol emosi agar tetap tenang, tidak mudah terpengaruh sanjungan dan kritikan.
  12. Lakukan latihan pernafasan secara teratur.

(diambil dari Model Manusia Muslim Abad XXI, M.Anis Matta)

Catatan:
Masih penasaran dengan penjelasan secara detail dari masing-masing point?
Silakan baca sendiri bukunya yha.. :)

Minggu, 02 Agustus 2009

jadikan ramadhan tidak hampa

Jadikan Ramadhan tidak Hampa


“Tlah datang menjelang
meluruhkan kerinduan ramadhan..
sambut ke hadapan...”


-Izzis, ramadhan-


Rasulullah saw mensinyalir, ada banyak orang yang gagal memanfaatkan momen ramadhan dan hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Bagaimana dengan kita? Akankah kita mencoba mengoptimalkan ramadhan sebagai bulan percepatan pembinaan diri?
Di bawah ini ada beberapa tips untuk memudahkan kita mewujudkan ramadhan sebagai bulan loncatan pembinaan diri kita... 

Manajemen Ruhiyah
Usahakan lah untuk senantiasa menjaga ruhiyah kita agar tetap kondusif selama ramadhan. Caranya gimana? Sering-sering dech baca-baca buku ruhiyah, ikut pengajian atau ceramah di masjid, dst.

Manajemen ’Amal
Allah swt melipatgandakan pahala di bulan ramadhan. Amalan sunnah bernilai wajib, dan yang wajib pun bernilai 700 kali lipat. Bahkan, amalan mubah seperti tidur pun dianggap ibadah. 
Tapi, apakah kita tidak mau mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ’tambang pahala’ ini? Nha, biar kita bisa mendapatkan keuntungan yang banyak, mending bikin rencana amal yang mungkin bisa kita lakukan berdasarkan prioritas. Amal yang wajib kita dahulukan dari yang sunnah, yang nilai sunahnya tinggi kita dahulukan dari yang nilai sunnahnya lebih rendah, demikian seterusnya. Buat lah rencana itu sistematis (semacam jadwal amalan harian, misalnya...)

Manajemen Do’a
Ada waktu tertentu di mana do’a seseorang yang berpuasa sangat mustajab. Waktu itu adalah waktu berbuka. Namun, kadang kita buru-buru ’balas dendam’ dan memubadzirkan keutamaan waktu ini. Karenanya, yuk..manfaatkan momen itu. Buat dong list permohonan (do’a-do’a) kita dan tentu yang syar’i, lho! Bikin aja daftar do’a-do’a yang akan kita pintakan padaNya selama bulan ramadhan agar tidak ada yang terlupakan..

Manajemen Waktu
Semua waktu di bulan ramadhan sangat berharga. Karenanya, mari prioritaskan. 10 hari terakhir adalah waktu yang paling baik. Karena itu, jangan sampai energi kita terforsir di awal-awal ramadhan dan jatuh sakit di waktu utama ini. Seleseikan segala amanah ramadhan (panitia ramadhan, misalnya) di awal ramadhan, sehingga kita bisa berburu lailatul qodar... Jangan sampai juga di akhir ramadhan malah disibukkan dengan agenda-agenda lainnya yang bukan dalam rangka semakin mendekatkan diri kepadaNya.

Manajemen Infaq
Nah...satu lagi yang sering disia-siakan, infaq! Yang lebih lagi, memberi makan orang berbuka. Tau gak, memberi makan orang berbuka itu pahalanya sama dengan orang yang berpuasa, lho.. Tuh, kan, dapet dobel... Biar optimal, nabung dech sebelum ramadhan untuk cadangan infaq ramadhan, jangan cuman tabungan buat belanja aja, hehehe... Sekarang, yuk siapin infaq sebanyak-banyaknya!

Manajemen Hawa Nafsu
Standar lain keberhasilan ramadhan adalah berkurangnya maksiat yang kita lakukan pada dan pasca ramadhan. Untuk mengukurnya, buat daftar dosa yang mungkin kita lakukan, kemudian tandai jika dosa itu dilakukan. Kalo’ semakin banyak, gawat! Berarti harus segera diperbaiki... Kalo’ tambah sedikit, pertahankan sampai pasca ramadhan...

Manajemen Evaluasi
Setelah semua langkah tadi dilakukan, kita bisa mengukur kemajuan kita pas ramadhan. Nah, kemudian tinggal membuat rencana tindak lanjutnya pasca ramadhan.


(diambil dari Buletin Lem Takwa, lembat tausiyah antar ikhwah dengan perubahan seperlunya)



Jumat, 31 Juli 2009

19 tanda gagal ramadhan dan kiat-kiat untuk mengatasinya

19 Tanda Gagal Ramadhan

dan kiat-kiat untuk menghindarinya


Bulan suci sebentar lagi, mudah-mudahan tips sederhana ini menambah bekal Anda sekeluarga meraih kemenangan sejati...


1. Kurang melakukan persiapan di bulan Sya’ban

Misalnya, tidak tumbuh keinginan melatih bangun malam dengan shalat tahajud. Begitupun tidak melakukan puasa sunah Sya’ban, sebagaimana telah disunnahkan Rasulullah saw.

Dalam hadits Bukhari dan Muslim, dari Aisyah ra berkata, ”Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan Sya’ban.”


2. Gampang mengulur shalat fardhu

”Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan kecuali orang-orang yang bertaubat dan beramal shalih.” [QS. Maryam: 59]

Menurut Sa’id bin Musayyab, yang dimaksud dengan tarkush-shalat (meninggalkan shalat) ialah tidak segera mendirikan shalat tepat pada waktunya. Misalnya menjalankan shalat dhuhur menjelang waktu asar, asar menjelang maghrib, shalat maghrib menjelang isya’, shalat isya’ menjelang waktu subuh serta tidak segera shalat subuh hingga terbit matahari. Orang yang bershiyam Ramadhan sangat disiplin menjaga waktu shalat, karena nilainya setara dengan 70 kali shalat fardhu di bulan lain.


3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunah

Termasuk di dalamnya menjalankan ibadah shalatul-lail. Mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah merupakan ciri orang yang shalih. ”Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” [QS. Al-Anbiya’: 90]
”Dan hambaKU masih mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah-ibadah sunah, sampai Aku mencintainya.” [Hadits Qudsi]


4. Kikir dan rakus pada harta benda

Takut rugi jika mengeluarkan banyak infaq dan shadaqah adalah tandanya. Salah satu sasaran utama shiyam yaitu agar manusia mampu mengendalikan sifat rakus pada makan minum maupun pada harta benda, karena ia termasuk sifat kehewanan (bahimiyah). Cinta dunia serta gelimang kemewahan hidup sering membuat manusia lupa akan tujuan hidup sesungguhnya. Mendekat kepada Allah swt, akan menguatkan sifat utama kemanusiaan (insaniyah).


5. Malas membaca Al-Qur’an

Ramadhan juga disebut syahrul Qur’an, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an. Orang-orang shalih di masa lalu menghabiskan waktunya baik siang maupun malam Ramadhan untuk membaca Al-Qur’an.

”Ibadah ummatku yang paling utama adalah pembacaan Al-Qur’an.” [HR. Baihaqi]

Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menimba dan menggali sebanyak mungkin kemuliaan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup. Kebiasaan baik ini harus nampak berlanjut setelah Ramadhan pergi, sebagai tanda keberhasilan latihan di bulan suci.


6. Mudah mengumbar amarah

Ramadhan adalah bulan kekuatan. Nabi saw bersabda, ”Orang yang kuat bukanlah orang yang selalu menang ketika berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai diri ketika marah.”

Dalam hadits lain beliau bersabda, ”Puasa itu perisai diri, apabila salah seorang dari kamu berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan jangan membodohkan diri. Jika ada seseorang memerangimu atau mengumpatmu, maka katakanlah, ”Sesungguhnya saya sedang berpuasa.” [HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah]


7. Gemar bicara sia-sia dan dusta

”Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan az-zur, maka Allah tidak membutuhkan perbuatan orang yang tidak bersopan santun, maka tiada hajat bagi Allah padahal dia meninggalkan makan dan minumnya.” [HR. Bukhari dari Abu Hurairah]

Kesempatan Ramadhan adalah peluang bagi kita untuk mengatur dan melatih lidah supaya senantiasa berkata yang baik-baik. Umar ibn Khattab ra berkata, ”Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari makan dan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan yang salah dan tutur kata yang sia-sia.” [Al-Muhalla VI: 178]

Ciri orang yang gagal memetik buah Ramadhan kerap berkata di belakang hatinya. Kalimat-kalimatnya tidak ditimbang secara masak. ”Bicara dulu baru berpikir, bukan sebaliknya, berpikir dulu, disaring, baru diucapkan.”


8. Memutuskan tali silaturahim

Ketika menyambut datangnya Ramadhan Rasulullah saw bersabda, ”...Barangsiapa menyambung tali silaturrahim (persaudaraan) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmatNya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmatNya pada hari ia berjumpa denganNya...” Puasa mendidik pribadi-pribadi untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang dan tali cinta. Pelaku shiyam jiwanya dibersihkan dari kekerasan hati dan kesombongan, diganti dengan perangai yang lembut, halus, dan tawadhu. Apabila ada atau tidak adanya Ramadhan tidak memperkuat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, itu tanda kegagalan.


9. Menyia-nyiakan waktu

Al-Qur’an mendokumentasikan dialog Allah swt dengan orang-orang yang menghabiskan waktu mereka untuk bermain-main.

”Allah bertanya, ”Berapa tahun kah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab, ”Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari. Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, ”Kamu tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” Maka, apakah kamu mengira sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka, Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenarnya; tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan yang mempunyai ’Arsy yang mulia.” [QS. Al-Mu’minun: 112-116]

Termasuk gagal dalam ber-Ramadhan orang yang lalai atas karunia waktu dengan melakukan perbuatan sia-sia, kemaksiatan, dan hura-hura. Disiplin waktu selama Ramadhan semestinya membekas kuat dalam bentuk cinta ketertiban dan keteraturan.


10. Labil dalam menjalani hidup

Labil alias perasaan gamang, khawatir, risau, serta gelisah dalam menjalani hidup juga tanda gagal Ramadhan. Pesan Rasulullah saw, ”Sesungguhnya telah datang bulan Ramadhan yang penuh berkah. Allah telah memfardhukan atas kamu berpuasa di dalamnya. Dibuka semua pintu surga, dikunci semua pintu neraka dan dibelenggu segala syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tiada diberikan kebajikan malam itu, maka sungguh tidak diberikan kebajikan atasnya.” [HR. Ahmad, An-Nasa’i, Baihaqi dari Abu Hurairah] Bila seseorang meraih berkah bulan suci ini, jiwanya mantap, hatinya tenteram, perasaannya tenang dalam menghadapi keadaan apapun.


11. Tidak bersemangat mensyiarkan Islam

Salah satu ciri utama alumnus Ramadhan yang berhasil ialah tingkat taqwa yang meroket. Dan setiap orang yang ketaqwaannya semakin kuat ialah tercermin dalam semangat mensyiarkan Islam. Berbagai kegiatan ’amar ma’ruf nahi munkar dilakukannya, karena ia ingin sebanyak mungkin orang merasakan kelezatan iman sebagaimana dirinya. Jika semangat ini tak ada, gagal lah Ramadhan seseorang.


12. Khianat terhadap amanah

Shiyam adalah amanah Allah yang harus dipelihara (dikerjakan) dan selanjutnya dipertanggungjawabkan di hadapanNya kelak. Shiyam itu ibarat utang yang harus ditunaikan secara rahasia kepada Allah. Orang yang terbiasa memenuhi amanah dalam ibadah sir (rahasia) tentu akan lebih menepati amanahnya terhadap orang lain, baik yang bersifat rahasia maupun yang nyata. Sebaliknya orang yang gagal Ramadhan mudah mengkhianati amanah, baik dari Allah maupun dari manusia.


13. Rendah motivasi hidup berjama’ah

Frekuensi shalat berjama’ah di masjid meningkat tajam selama Ramadhan. Selain itu, lapar dan haus menajamkan jiwa sosial dan empati terhadap kesusahan sesama manusia, khususnya sesama muslim. Allah mencintai hamba-hambaNya yang berjuang secara berjama’ah, yang saling menguatkan. ”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam satu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh.” [QS. Ash-Shaf: 4]

Ramadhan seharusnya menguatkan motivasi untuk hidup berjama’ah.


14. Tinggi ketergantungannya pada makhluk

Hawa nafsu dan syahwat yang digembleng habis-habisan selama bulan Ramadhan merupakan pintu utama ketergantungan manusia pada sesama makhluk. Jika jiwa seseorang berhasil merdeka dari kedua mitra syetan itu setelah Ramadhan, maka yang mengendalikan dirinya adalah fikrah dan akhlaq. Orang yang tunduk dan taat kepada Allah lebih mulia dari mereka yang tunduk kepada makhluk.


15. Malas membela dan menegakkan kebenaran

Sejumlah peperangan dilakukan kaum muslimin melawan tentara-tentara kafir berlangsung di bulan Ramadhan. Kemenangan Badar yang spektakuler itu dan penaklukan Makkah (futuh Makkah) terjadi di bulan Ramadhan. Di tengah gelombang kebathilan dan kemungkaran yang semakin berani unjuk gigi, para alumni akademi Ramadhan seharusnya semakin gigih dan strategis dalam membela dan menegakkan kebenaran. Jika bulan suci ini tidak memberi bekal perjuangan baru yang bernilai spektakuler, maka kemungkinan besar ia telah gagal ber-Ramadhan, serta meninggalkan kita sebagai pecundang.


16. Tidak mencintai kaum dhu’afa

Syahru Rahmah, Bulan Kasih Sayang adalah nama lain Ramadhan, karena di bulan ini Allah melimpahkan hamba-hambaNya dengan kasih sayang ekstra. Shiyam Ramadhan menanam benih kasih sayang terhadap orang-orang yang paling lemah di kalangan masyarakat. Faqir miskin, anak-anak yatim dan mereka yang hidup dalam kemelaratan. Rasa cinta kita terhadap mereka seharusnya bertambah. Jika cinta jenis ini tidak bertambah sesudah bulan suci ini, berarti Anda perlu segera instrospeksi.


17. Salah dalam memaknai akhir Ramadhan

Khalifah Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyatnya supaya mengakhiri puasa dengan memperbanyak istighfar dan memberikan shadaqah, karena istighfar dan sadaqah dapat menambal yang robek-robek atau yang pecah-pecah dari puasa. Menginjak hari-hari berlalunya Ramadhan, mestinya kita semakin sering melakukan muhasabah (instrospeksi) diri. ”Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS. Al-Hasyr: 18]


18. Sibuk mempersiapkan lebaran

Kebanyakan orang semakin disibukkan oleh urusan lahir dan logistik menjelang Idul Fitri. Banyak yang lupa bahwa 10 malam terakhir merupakan saat-saat genting yang menentukan nilai akhir kita di mata Allah dalam bulan mulia ini. Menjadi pemenang sejati atau pecundang sejati. Konsentrasi pikiran telah bergeser dari semangat beribadah, kepada luapan kesenangan merayakan Idul Fitri dengan berbagai kegiatan. Akibatnya kita lupa. Seharusnya, muncul rasa sedih akan berpisah dengan bulan mulia ini.


19. Idul Fitri dianggap hari kebebasan

Secara harfiah makna Idul Fitri berarti ”hari kembali ke fitrah”. Namun kebanyakan orang memandang Idul Fitri laksana hari dibebaskannya mereka dari ”penjara” Ramadhan. Akibatnya, hanya beberapa saat setelah Ramadhan meninggalkannya, ucapan dan tindakannya kembali cenderung tak terkendali, syahwat dan birahi diumbar sebanyak-banyaknya. Mereka lupa bahwa Idul Fitri seharusnya menjadi hari di mana tekad baru dipancangkan untuk menjalankan peran khalifah dan abdi Allah secara lebih profesional. Kesadaran penuh akan kehidupan dunia yang berdimensi akhirat harus berada pada puncaknya saat Idul Fitri, dan bukan sebaliknya.


(M Ali Athwa, Dzikrullah/Hidayatullah)


Senin, 13 Juli 2009

sepuluh kiat meraih kebahagiaan

Sepuluh Kiat Meraih Kebahagiaan


Bersabarlah, karena sesungguhnya Allah
akan mengiringi kesusahan dengan kemudahan.

Mudah-mudahan kesusahan itu akan lenyap dengan segera.


Seorang pakar psikologi Amerika bernama D. Dicks mengatakan bahwa kehidupan yang bahagia adalah seni yang indah. Ia mempunyai sepuluh point sasaran, yaitu:
  1. Biasakanlah diri Anda melakukan pekerjaan yang Anda sukai. Jika pekerjaan itu tidak mudah Anda lakukan, isilah waktu-waktu senggang Anda untuk menyalurkan hobi yang paling Anda sukai, kemudian dalamilah ia.
  2. Perhatikanlah kesehatan fisik, karena sesungguhnya kesehatan fisik adalah jiwa kebahagiaan, yaitu dengan mengatur pola makan dan minum tanpa berlebihan, membiasakan olahraga, dan menjauhi kebiasaan buruk dan merugikan.
  3. Hendaklah Anda mempunyai sasaran dalam hidup Anda, karena sesungguhnya hal tersebut akan membangkitkan gairah dan semangat Anda.
  4. Jalani hidup menurut apa adanya dan terima segala sesuatunya, baik yang manis maupun yang pahit, dengan hati yang lapang.
  5. Hayati hidup yang sedang dijalani; jangan menyesali hal yang sudah berlalu; dan jangan pula memusingkan hari esok yang belum tiba.
  6. Gunakanlah pikiran Anda sebelum melakukan pekerjaan apapun atau keputusan apapun, agar kelak tidak mencela orang lain atas keputusan Anda dan apa yang bakal Anda peroleh nanti.
  7. Senantiasalah memandang orang yang ada di bawah Anda.
  8. Biasakanlah diri Anda untuk murah senyum, berjiwa periang, dan berteman dengan orang-orang yang optimistis.
  9. Hendaklah Anda berbuat untuk membahagiakan orang lain agar beroleh harumnya kebahagiaan.
  10. Pergunakanlah berbagai kesempatan yang cerah lagi indah dan anggaplah itu sebagai terminal keharusan bagi kebahagiaan.

(Jadilah Wanita yang Paling Bahagia, DR. ‘Aidh bin ‘Abdullah Al-Qarni, hal 170-171)

Nikmatilah hari ini dan berpeganglah padanya.
Carilah faktor yang dapat mencegah terjadinya hal yang menyakitkan
sebelum ia menimpa diri Anda.



Rabu, 08 Juli 2009

9 macam kecerdasan

9 Macam Kecerdasan

1.Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan dalam mengolah kata-kata secara efektif baik bicara ataupun menulis (jurnalis, penyair, pengacara).
Ciri-ciri :
- Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata.
- Gemar membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan jelas.

2. Kecerdasan Matematis-Logis

Kecerdasan dalam hal angka dan logika (ilmuwan, akuntan, programmer).
Ciri-ciri :
- Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi.
- Berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis.
- Pandangan hidupnya bersifat rasional.

3. Kecerdasan Visual-Spasial

Kecerdasan yang mencakup berpikir dalam gambar, serta mampu untuk menyerap, mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek visual (arsitek, fotografer, designer, pilot, insinyur).
Ciri-ciri :
- Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan ruang.
- Mudah memperkirakan jarak dan ruang.
- Membuat sketsa ide dengan jelas.

4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani

Kecerdasan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan perasaan (atlet, pengrajin, montir, menjahit, merakit model).
Ciri-ciri :
- Menikmati kegiatan fisik (olahraga).
- Cekatan dan tidak bisa tinggal diam.
- Berminat dengan segala sesuatu.

5. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara (konduktor, pencipta lagu, penyanyi dsb).
Ciri-ciri :
- Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat.
- Dapat mengikuti irama.
- Mendengar music dengan tingkat ketajaman lebih.

6. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain (networker, negotiator, guru).
Ciri-ciri :
- Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka.
- Menjalin kontak mata dengan baik.
- Menunjukan empati pada orang lain.
- Mendorong orang lain menyampaikan kisahnya.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertidak secara adaptif berdasar pengenalan diri (konselor, teolog).
Ciri-ciri :
- Membedakan berbagai macam emosi.
- Mudah mengakses perasaan sendiri.
- Menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing hidupnya.
- Mawas diri dan suka meditasi.
- Lebih suka kerja sendiri.

8. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan memahami dan menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan mengembangkam pengetahuan akan alam (petani, nelayan, pendaki, pemburu).
Ciri-ciri :
- Mencintai lingkungan.
- Mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang.
- Senang kegiatan di luar (alam).

9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia (filsuf, teolog,).
Ciri-ciri :
- Mempertanyakan hakekat segala sesuatu.
- Mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/ dunia.


- Setiawan -
(alumni SMP N 1 Imogiri)

Senin, 22 Juni 2009

Mengatasi Anak yang Bandel

Suatu ketika, ada seorang ibu yang mengeluh mengenai anak laki-lakinya. Dia bercerita, anak sulungnya itu sudah kelas V SD. Dia bandel, berani membantah ibunya. Hanya pada ayahnya dia takut. Sang ibu sangat heran dengan perilaku anaknya itu. Anaknya sering membolos sekolah. Bahkan dalam satu pekan sering hanya masuk 3 hari. Wali kelasnya pernah beberapa kali datang ke rumah membujuknya agar kembali ke sekolah. Saat ulangan umum semester pun, wali kelasnya mengantarkan soal agar dikerjakan di rumah. Anaknya rajin menonton televisi, tapi malas mengerjakan sholat.

Pernah suatu waktu, sang ibu pergi ke rumah orang tuanya yang berjarak 30 km dari rumahnya. Hal ini dilakukan karena sangat jengkelnya dengan perilaku anaknya dan merasa terbebani karena dianggap tidak mampu mendidik anaknya. Maka tinggallah sang ayah dan si anak saja di rumah. Kemudian sang ayah mengatakan kepada anaknya itu, bahwa ibunya tidak akan pulang sebelum si anak menjemput sendiri dan meminta maaf. Mendengar ayahnya mengatakan seperti itu, si anak kemudian naik sepeda menuju rumah neneknya.

Dengan adanya kejadian ini, sang ibu berpikir, anaknya telah berubah. Namun tak disangka, rupanya sang anak kembali seperti sedia kala. Masih mengulangi perbuatan yang membuat ibu dan ayahnya kewalahan.

Si ibu bercerita, sudah berbagai cara dilakukan untuk “menyembuhkan” anaknya ini. Menakut-nakuti si anak, bahwa berani kepada orang tua itu berdosa dan kelak akan tinggal dan disiksa di neraka. Bahkan ke psikolog sudah pernah, ke kyai juga sudah dilakukan. Apa yang disarankan oleh tetua kampung untuk “mbancaki” pun juga sudah dilakukan. Tapi rupanya anak sulungnya juga tidak berubah kondisinya.

Yang ada dalam benak sang ibu adalah, bagaimana anaknya kelak ketika sudah beranjak remaja, setelah masuk ke SMP atau sudah besar nanti, apakah akan tetap seperti itu. Lagipula pelajaran di sekolah saat ini juga sulit, apakah anaknya kelak dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Thrung thuung thung…………………
Aku terhenyak mendengar cerita ibu ini. Aku hanya menghela napas panjang. Ups….betapa tidak ringan tugas seorang ibu. Dalam hati, saya berpikir………duh, saya kan belum pernah jadi ibu, kok dicurhati soal begini ya. :D Tapi tak apalah. Ini cara Allah mendewasakanku ……………Dan saya jadi tertantang juga. Bagaimana mengatasi anak seperti ini. Meski belum menikah, bukan berarti dilarang menulis tentang ini kan? :D

Kucoba membaca buku-buku tentang mendidik anak. Seni Mendidik Anak Tanpa Kekerasan karya Dr. Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini. Ada yang membuat saya tertarik untuk mengambilnya dari buku itu. Beliau menuliskan, ada beberapa hal yang menyebabkan anak menentang orang tuanya. Antara lain :

Ø Kesalahpahaman dan ketidakmengertian
Adakalanya menurut orang tua, perintah yang diberikan kepada anak sudah jelas dan gamblang. Namun rupanya, tidak demikian menurut anak. Anak memang merasa kurang mengerti akan apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Anak biasanya kemudian datang dan meminta maaf dan menanyakan apa yang dimaksud oleh orang tua. Biasanya anak seperti ini, karena sedang berkonsentrasi pada hal lain, misalnya : sedang makan, sedang bermain, sedang mengerjakan PR, dll.

Cara mengatasi
: Saat anak terlena dengan “dunianya” maka, ulangilah perintah itu, atau angkat sediki suara dan sentuhlah dia hingga dia ingat, kemudian ulangilah perintahnya tanpa emosi ataupun marah. Berbaik sangkalah terhadapnya, bahwa ia tidak sengaja. Berbaik sangka terhadap muslim wajib hukumnya, apalagi terhadap anak.

Ø Mencari perhatian dan dukungan
Bisa jadi, anak membangkang karena ingin mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Hal ini bisa saja terjadi, salah satunya karena anak merasa jarang diperhatikan dan hanya bisa berdialog ketika ada yang tidak benar pada anak.

Cara mengatasi : mencari motif, kenapa anak melakukan hal itu dan dilanjutkan dengan mengalihkan perintah kepada anak yang lain atau mengerjakan sendiri pekerjaan itu. Dengan demikian, anak akan berterus terang. Dengarkan ia. Sebaiknya langkah ini juga dilaksanakan pada waktu yang tepat untuk mengetahui penyebab anak mencari perhatian.

Ø Menunda-nunda
Kadang-kadang anak sengaja menolak langsung untuk mengerjakan sesuatu. Dia terpaksa berjanji untuk melaksanakan. Dia pun menundanya hingga merasa siap untuk melaksanakan perintah itu. Hal ini dapat disebabkan karena ketidakmampuan, cara yang kurang sesuai dalam memerintah, atau malas dan capek.

Cara mengatasi : Kadang anak merasa tidak mampu untuk mengerjakan karena tidak kuat, belum sampai pikirannya, atau karena malu. Untuk itu, pahamilah bahwa penentangan bisa jadi merupakan ekspresi dari ketidakmampuan. Kadang-kadang orang tua juga memberi perintah kepada anak tanpa melihat situasi, atau saat anak merasa lelah. Untuk itu, lihatlah kondisi, apabila anak sedang lelah, mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk melaksanakan dalam keadaan tidak terpaksa.

Ø Menolak Perintah Orang Tua Tanpa Sebab
Kadang-kadang anak menolak melakukan sesuatu dan menunjukkan bahwa “Saya tidak mau”. Dalam hal ini, ada beberapa cara untuk mengatasinya, antara lain :
o Mengajari anak arti ketaatan dalam hal yang disukai maupun yang dibenci selama tidak dalam kemaksiatan
o Menggunakan cara yang baik dan sesuai ketika meminta
o Menggunakan kata-kata yang santun ketika menyuruh
o Memahami halangan anak jika memang keadaan demikian
o Menjelaskan sebab ketika berbeda pendapat dengan anak atau menjelaskan manfaat bagi orang tua dan anak dalam melaksanakan perintah tersebut
o Menjelaskan sebab-sebab lainnya yang dapat mendekatkan jarak antara anak dan orang tua, khususnya dalam hal berbakti kepada orang tua dan pahala akan yang didapat.

Rasanya mungkin tidak mudah melakukan semua itu. Namun ada hal yang memotivasi untuk mendidik anak sedemikian rupa, agar menjadi anak yang sholeh. Betapa membahagiakannya memiliki anak yang sholeh. Aset yang sangat berharga, yang membuat pahala tak akan terputus meski ruh telah lepas dari jasad.

Untuk mendidik anak agar menjadi anak yang sholeh, qurrota a’yun, tak cukup hanya dengan salah satu ilmu mendidik anak ini, akan tetapi ada banyak hal yang juga diperlukan.


- purnawae -
(alumni SMA N 7 Jogjakarta)

Jumat, 19 Juni 2009

Rahasia Di Balik Manisnya Madu

Sesuatu yang manis, seringkali diidentikkan atau dibandingkan dengan madu. Madu sangat banyak manfaatnya. Rasulullah saw pernah bersabda, ”Hendaklah kalian menggunakan dua obat, yaitu madu dan Al-Qur’an”. “Barangsiapa minum sesendok madu tiga kali setiap bulannya, maka ia tidak akan terkena penyakit yang besar”. Dalam hadits tersebut ada isyarat pentingnya mengkonsumsi madu secara kontinyu. Madu dapat memberikan imunitas sehingga tubuh memiliki pertahanan terhadap penyakit.


Tahukah kawan? Dari mana madu berasal dan bagaimanakah prosesnya? Sebagai seorang pelajar tentu kita harus tahu dong, bagaimana proses ilmiah dari madu tersebut. Ternyata, subhanallah….betapa Allah telah menciptakan alam semesta ini dan isinya dengan design yang begitu hebat.


Madu dihasilkan oleh binatang yang hampir semua yang berasal dari hewan tersebut mempunyai manfaat yang hebat. Dialah sang lebah yang menakjubkan. Bahkan dalam Al-Qur’an kitab suci umat Islam, terdapat surat yang bernama An-Nahl (Lebah). “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.


Bagaimanakah cara lebah bekerja untuk menghasilkan madu? Berikut ini sedikit gambarannya. Lebah termasuk serangga bersosial yang hidup dalam komunitas yang terdiri dari: seekor ratu, lebah pekerja dan pejantan.


Ketika keluar dari telur, ratu lebah tidak berbeda dengan lebah yang lain. Namun dengan asupan royal jelly – yang terbuat oleh kelenjar ludah lebah yang lain- ratu lebah menjadi besar dengan cepat dan mulai mengeluarkan telur seharian penuh. Oleh karena makanan khusus inilah, ia terus bertelur selama lima tahun. Selain memproduksi madu, lebah juga mengolah sari bunga yang dihisapnya dari tetumbuhan menjadi lilin dengan sel khusus di bagian bawah perutnya. Lilin ini digunakan untuk membangun sel-sel rumah lebah. Siapa sajakah penghuni rumah atau sarang lebah?


Ratu Lebah. Lebah pekerja memilih lebah yang masih dalam pembentukan antara telur dan pupa (larva) yaitu pada hari kedua umur telur tersebut. Mereka memelihara dan merawatnya sebagai seekor ratu. Setelah 11 hari, larva itu dipindahkan dari selnya dalam upacara khusus untuk kawin dengan 18 pejantan lebah. Dari perkawinan itu, ratu lebah bertugas meletakkan telur-telur lebah selama masa hidupnya. Sang ratu mulai meletakkan telur-telurnya 10 hari setelah perkawinan. Seekor ratu lebah yang aktif mampu memproduksi kurang lebih 3000 telur per hari.


Lebah Pejantan. Lebah pejantan berpostur gemuk dan tidak memiliki jarum sengat seperti lebah pekerja. Tugas mereka hanya kawin dengan ratu lebah. Jika kerajaan lebah mengalami paceklik maka lebah pejantan akan diusir.


Lebah Pekerja. Bentuk tubuhnya kecil, adalah lebah betina yang tidak matang dan tidak layak kawin seumur hidup. Dalam kerajaan lebah biasanya terdapat 50.000-60.000 lebah pekerja. Seekor lebah pekerja terbang rata-rata 20km per hari untuk membantu penyerbukan 10.000 bunga. Diperlukan lebih dari 4.000.000 bunga untuk memproduksi 1 kg madu.


Sarang lebah berisi sel-sel yang berbentuk segi enam terbuat dari lilin. Bentuk ini merupakan bentuk ruang paling luas yang bisa dibentuk di dalam sebuah lingkaran. Sel-sel ini mempunyai dinding yang tipis namun kokoh, yang dapat menampung berat hingga 25 kali lipat.


Produk lebah tak hanya madu, tetapi ada juga racun lebah, lilin lebah, Royall Jelly, Bee Pollen, dan propolis. (to be continued).


Sumber: Prof. Dr. Said Hammad, 99 Resep Sehat dengan Madu.



- Reni Suwanti -

(alumni SMA N 1 Bantul)

Kamis, 11 Juni 2009

Ketika Kehendak Allah Tak Dapat Dipahami


Detik demi detik pun terus berlalu. Tak terasa, waktu penantian itu tinggal sehari lagi. Menunggu saat-saat mendebarkan..

Yach, buat temen-temen kelas XII tentu dah fahm maksudnya. Besok adalah hari pengumuman hasil Ujian Nasional (UN). Semuanya pasti berharap mendapatkan hasil yang terbaik dengan nilai yang memuaskan meski sebagian besar di antara temen-temen masih ada yang agak-agak pesimis. Salah satunya karena soal-soal matematika nya yang sulit-sulit hehe.. Tapi di atas semua itu, yang jelas seburuk-buruknya nilai yang didapatkan, lulus adalah harapan utamanya. Yha, kan?

Nha, hanya saja sebelum mengetahui bagaimana hasilnya atas perjuangan temen-temen kemarin bergelut dengan soal-soal yang bikin senam otak, satu hal yang kudu disiapkan adalah kesiapan mental untuk menerima apapun hasilnya nanti. Apakah nilainya memuaskan ato tidak, apakah lulus ato tidak. Apapun hasilnya itu, insyaAllah itulah hasil yang terbaik untuk temen-temen, untuk kita semua..

Ini ada artikel buat ngisi waktu di sela-sela nunggu hasil pengumuman UN, semoga bermanfaat buat temen-temen semua. Silahkan dibaca..

Ketika Kehendak Allah Tak Dapat Dipahami

Dalam kacamata manusia, ketetapan Allah swt bisa berupa kesenangan atau kesedihan. Keberhasilan atau kegagalan. Dalam bahasa Nabi saw, itu disebut sebagai taqdir baik atau pun buruk. Keduanya harus diimani oleh seorang mukmin. Bahkan iman tidak diterima tanpa mengimani keduanya.


Dunia ini bukan milik kita, dunia ini milik Allah semata. Allah berkehendak dan punya ketetapan, tetapi siapapun tidak berhak bertanya, mengapa Allah memutuskan ini dan itu. Justru manusia lah yang kelak akan ditanya (QS. Al-Anbiya 22-23)


Terkadang, apa yang kita inginkan bisa terkabulkan. Sementara, tak jarang pula rencana yang sudah kita susun baik-baik justru gagal total. Tak mudah dicerna oleh akal manusia, mengapa rencana baik atau rencana orang baik tidak selamanya mengalami nasib yang baik. Sementara orang-orang jahat yang hanya bisa berbuat kerusakan di dunia ini, menyebarkan fitnah dan memunculkan model kemaksiatan baru, bisa dengan mudah melaksanakan rencana mereka. Justru yang terlihat mereka lah yang menguasai bumi Allah hari ini, ini bisa jadi semakin sulit untuk dicerna oleh akal kita.


Tetapi, Islam memberikan ruang untuk mengalirkan rasa bingung itu, dengan memberikan beberapa jawaban yang tidak bertabrakan dengan kadar kemampuan kita. Ruang itu adalah ruang mencoba untuk memahami ketetapan dan kehendak Allah pada diri kita, dengan melihat hikmah yang ada dibalik kehendaknya.


Setiap kehendak Allah untuk seorang mukmin selalu baik. Apapun bentuk kehendak itu. Kehendak yang menyenangkan, tentu baik untuk kita. Tetapi tidak sebatas itu, kehendak–Nya yang terlihat menguntungkan pun ternyata ada kebaikan yang Allah ’paksakan’ untuk kita. Karena memang hanya Dialah yang mengetahui hal yang terbaik untuk kita. Berikut, beberapa kemungkinan yang layak kita renungkan, tentang apa hikmah di balik ketetapan Allah atas kita.


Pertama, Boleh Jadi, Ini adalah Tangga Pengangkatan Derajat


Bagi seorang mukmin, jalan hidup itu tidak datar. Ia bertangga-tangga, bertingkat-tingkat, seperti tingkatan kualitas kaum mukminin itu sendiri.


Kehendak Allah yang bernama ujian itu disesuaikan dengan kelas kita masing-masing. Ujian itu tergantung seberapa kuat iman kita. Hanya orang-orang yang memiliki stamina iman yang kuat saja yang mampu mencapai puncaknya. Sementara mereka yang nafas imannya tipis, akan terkapar di tangga tertentu atau mungkin terjungkal kembali ke bawah. Karenanya, di sisi lain, dalam kacamata keimanan, tangga itu menunjukkan derajat kita di sisi Allah. Derajat sebagai seorang hamba Allah.


Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, ”Ya Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?” Nabi menjawab, ”Para Nabi, kemudian orang-orang yang berjalan di jalan mereka. Seorang diuji sesuai dengan kadar imannya. Jika imannya tebal, ujiannya pun sangat berat. Jika imannya tipis, dia diuji berdasarkan tingkat keimanannya. Ujian akan terus menimpa hamba hingga Allah membiarkannya berjalan di atas muka bumi ini tanpa dosa.” (HR. Tirmidzi)


Berjumpa Allah tanpa dosa? Itulah akhir dari perjalanan mendaki dari tangga ke tangga ujian tersebut. Karenanya, sebagai seorang mukmin kita harus mencoba menghayati apa rahasia di balik ketetapan Allah itu. Bila semuanya akan berujung pada ampunan Allah justru kita tidak boleh puas berhenti pada tangga itu. Harus ada upaya menaiki derajat tangga berikutnya, dengan selalu meningkatkan kerinduan menuju Allah. Seperti ungkapan Ustman bin Affan, ”Andai hati kita bersih, kita tidak akan kenyang dengan kalamullah (Al-Qur’an). Bagaimana seorang yang mencintai bisa puas dengan perkataan yang dicintainya?”


Kehidupan dan kematian juga ujian. Ketika kita ditinggal oleh orang yang kita cintai, umpamanya. Kehilangan sesuatu yang kita senangi. Atau ketika kegagalan menjegal langkah kaki. ”Perumpamaan orang beriman adalah seperti pohon itu condong, demikianlah seorang mukmin akan terus digoncang dengan ujian. Sementara perumpamaan orang munafik seperti pohon yang tidak goyah oleh angin sampai ditebang,” sabda Nabi (HR. Tirmidzi)


Angin hujan itulah yang pernah menimpa kehidupan Suhaib Ar-Rumi, saudagar kaya di Mekah. Ketika dia harus meninggalkan seluruh harta hasil cucuran keringatnya. Karena dia harus mempertahankan agamanya dengan melaksanakan perintah hijrah ke kota Madinah. Nabi saw yang mengetahui hal tersebut berkata kepada Suhaib, ”Beruntunglah perdaganganmu wahai Abu Yahya, beruntunglah perdaganganmu wahai Abu Yahya.”


Dengan ujian kehilangan kekayaan itu, derajat Abu Yahya mencapai ketinggiannya. Bahwa ia akan mendapat ganti rugi dengan perniagaan yang sangat menguntungkan di akherat kelak.


Setiap kita punya ketetapan ’derajat ujian’ yang berbeda-beda. Tetapi setiap kita harus menghayati, apa hikmah di balik ketetapan itu bagi keberlangsungan jati diri kemukminan kita, juga bagi pengharapan kita akan ampunan Allah Yang Maha Kuasa.


Kedua, Boleh Jadi, Ini Buah yang Harus Kita Petik dari Pohon-Pohon Dosa


Sebuah bencana, kesulitan rejeki, kegagalan, atau hal-hal menyedihkan, memang tidak terjadi kecuali dengan ketetapan Allah, tetapi secara manusiawi, itu semua bisa jadi hanyalah buah yang harus kita petik, dari dosa-dosa yang telah kita semai lalu kita tumbuhsuburkan.


Inilah makna lain yang harus kita renungkan. Sebab dosa tidak saja akan mengeruhkan kehidupan akhirat kita. Tetapi juga bisa mengacaukan kehidupan kita di dunia. Setitik dosa adalah duka. Bagaimana dengan segunung kesalahan dan setumpuk dosa-dosa nista? Karenanya, jika musibah datang, atau mungkin malah beruntun, atau rasanya kesialan dan kesalahan selalu menghantui kita, maka sudah saatnya kita mengoreksi diri. Dosa apakah yang kiranya menghalangi kesuksesan? Lalu setelah itu secepatnya kita sulam lubang dosa itu dengan taubat dan istighfar.


Kalau rejeki kita hari ini seperti selokan yang tak mendapat aliran air, sebagai mukmin kita tak cukup hanya menyalahkan krisis yang sedang melanda negeri ini. Kita harus melihatnya dari sisi krisis iman dan taubat. Setidaknya itu untuk kepentingan pribadi kita sendiri.


Ada korelasi yang kuat antara taubat, istighfar, dengan kemudahan hidup. Itu bisa dipahami dengan mudah, pada penjelasan Allah, seperti diajarkan Nabi Nuh kepada kaumnya, ”Maka aku ajarkan katakan keapda mereka, ’mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai’.” (QS. Nuh : 10-12)


Sebuah karunia harus dicari dengan bertaubat. Sebagaimanaia akan sirna karena dosa.


Ketetapan Allah berupa kekalahan muslimin dalam perang Hunain, hanyalah salah satu catatan sejarah yang layak menjadi pelajaran tentang kisah dosa yang berakhir dengan kehancuran.


Hari itu, Selasa. Ketika pagi masih sangat buta. Umat Islam yang menuruni lembah Hunain dengan sangat tiba-tiba dihujani panah dari berbagai arah. Mereka kocar-kacir. Sampai Rasul perlu memanggil para sahabat yang sudah tidak mempedulikan panggilan itu. Yang terpenting buat mereka ketika itu adalah lari sejauh-jauhnya dari serbuan anak panah. ”Ke sinilah wahai muslimun, aku ini Rasulullah, aku Muhammad bin Abdullah”,seru Nabi.


Allah membuka rahasia kehendak dan ketetapan-Nya untuk kaum muslimin pada peristiwa Hunain. Ya, apalagi kalau bukan dosa yang dilakukan sebagian mereka sebelum perang berkecamuk. Sebagaimana diabadikan dalam ayat, ”Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (QS. At-Taubah : 25)


Umat Islam datang dengan jumlah yang belum pernah dimiliki sebelumnya. Dua belas ribu muslimin, jumlah yang sangat besar. Sampai-sampai ada kata-kata yang terucap oleh salah seorang sahabat, ”Kita hari ini tidak mungkin kalah karena jumlah kita yang sedikit.” Kesombongan kecil yang terselip di antara pasukan muslimin itu, ternyata berdampak pada kekalahan bersama.


Pesan ini juga yang diselipkan Abbas bin Abdul Muthollib sebelum memenuhi permintaan Khalifah Umar bin Khattab agar memimpin doa istisqo’, doa meminta hujan. Abbas berkata, ”Sesungguhnya musibah (tertahannya hujan) ini, tidak mungkin tejadi kalau bukan karena dosa. Dan ketahuilah tabir penghambat itu tidak terbuka kecuali dengan taubat.”


Ketiga, Boleh Jadi, Ini Cara Terbaik untuk Meringankan Beban Dosa di Hari Kiamat Nanti


Inilah rahasia lain dari sebuh ujian, bencana, kegagalan, atau apa saja yang tidak menyenangkan. Bahwa di antara bentuk rahmat dan kasih sayang Allah untuk orang-orang beriman, adalah dikuranginya dosa mereka di dunia. Musibah yang menimpa, menjadi air yang mematikan api dosa. Hingga bisa jadi, ada orang yang dosanya banyak, tetapi ketika menghadap Allah kelak, ia datang dengan beban dosa yang ringan. Karena sudah banyak ’dibayar’ ketika masih di dunia.


Maka, kita harus menyelipkan rasa syukur, menumbuhkan kesabaran yang agung, ketika musibah datang. Siapa tahu, musibah itu adalah cara Allah untuk meringankan dosa yang sudah menumpuk dalam catatan amal kita.


Keempat, Boleh Jadi, Ini Harga Wajib Bagi Kesuksesan Lain


Boleh jadi ketetapan Allah yang tidak sejalan dengan keinginan kita merupakan harga yang harus dibayar untuk kesuksesan lain. Usaha masuk perguruan tinggi umpamanya. Kalau ternyata belum juga lulus, bisa jadi kehendak Allah kali ini agar kita membeli tawaran kenikmatan Allah yang lebih baik. Tentunya, untuk mendapatkan tawaran itu harus kita beli. Terkadang kita harus membelinya dengan musibah sebagai harganya.


Pada saat Nabi meaksanakan ibadah haji, hari itu adalah hari-hari Mina untuk melempar jumroh. Ketika itu ada seorang wanita dari suku Khots’am mengikuti beliau berjalan sambil menggendong seorang bayi. ”Ya Rasulullah ini anakku, dialah satu-satunya keluargaku yang tersisa, tetapi dia tidak bisa bicara,” kata perempuan itu mengadu. Nabi meminta air, kemudian beliau mencuci tangannya dan berkumur-kumur dengan air itu. Air kumuran itu diminumkan kepada bayi itu. Dengan ijin Allah, bayi itu tumbuh dan bisa bicara. Setelah setahun berlalu, Ummu Jundub yang menjadi saksi peristiwa itu bertanya tantang kabar anak tersebut. Orang-orang berakat, ”Dia baik-baik saja, bahkan dia memiliki kepintaran yang ada di atas rata-rata manusia.” (HR. Ibnu Abi Syaibah)


Wanita itu awalnya hanya mengharap kepada Allah agar anaknya tumbuh normal. Hanya itu. Tetapi kehendak Allah bicara lain. Karena ternyata Allah menginginkan sesuatu yang lebih. Yaitu agar anak itu memiliki kepandaian yang luar biasa. Dan itu secara teknis adalah berkah dari air minum yang diberikan Rasulullah. Tetapi kepandaian itu harus dibeli. Kali ini harus dibeli dengan kebisuan yang diderita. Sementara taqdir bertemu Rasul itu harus ada di musim haji. Jadi, kebisuan selama sebelum musim haji Rasulullah itulah yang kita maknai sebagai harga yang harus dibayar. Hingga ketika harganya sudah cukup, Allah menyembuhkannya dan kehendak Allah berupa kepandaian itu pun diberikan.


Lima, Boleh Jadi, Ini Memang Lampu Kuning Pengingat agar Kita Banyak Mengaca Diri


Mungkin, saat sebuah kesulitan terjadi, kita memang sudah lama lupa cermin. Bukan cermin tempat kita melihat mula atau teman merias wajah. Tetapi cermin tempat hati mengoreksi diri. Untuk melihat apakah ada goresan-goresan hitam yang mengotori hati.


Musibah bisa mengandung makna, bahwa kita harus banyak mengaca diri. Teguran Allah ini berarti, bahwa dosa kita sudah mengkhawatirkan. Sebelum Allah terlanjur menurunkan siksaNya, harus cepat dicegah dengan mengaca diri dan bertaubat.


Ketika gempa mengguncang Madinah yang dihuni para tabi’in dan sebagian sahabat, Aisyah berkomentar, ”Gempa ini terjadi ketika perzinaan telah dilegalkan, minuman keras dikonsumsi, dan manusia sudah gila musik. Gempa ini sebagai peringatan bagi orang beriman dan adzab bagi orang kafir.”


Ya, musibah gempa bukan hanya bisa dilihat dari kaca mata alam. Tetapi juga seharusnya dilihat dari kacamata keimanan. Bahwa ketika sebuah gempa terjadi, itu artinya peringatan keras agar setiap orang beriman segera mawas diri.


Begitulah. Dari ruang-ruang seperti itulah kita bisa mencoba mengais makna lain dari sebuah ketetapan Allah. Agar pada sebuah ujian yang melelahkan, kita tetap punya kebahagiaan lain, dan bukan menambahinya dengan kelelahan lain, kelelahan karena salah menyikapi takdir dan ketetapan Allah.


(ditulis ulang dari buletin da’wah daarussalaam Rohis Kelas IPA 5, SMA N 1 Jogja 2003, dari Tarbawi 60)


Kamis, 04 Juni 2009

Ini Dia Pemuda Idaman!


Ini Dia Pemuda Idaman!
sepuluh karakter pemuda islam idaman


Pertama, Aqidahnya Lurus

Istilah kerennya 'salimul aqidah'. Karakter ini penting banget, soalnya berkaitan dengan pondasi agama. Kalo' pondasinya baik, bangunannya akan baik pula. Sebaliknya, jika pondasinya lemah, bangunan itu tak kan berdiri kokoh.
Ciri-cirinya a.l :
a. Bebas dari syirik pada benda mati. Jauhi horoskop, zodiak, shio, jimat, kuburan, merasa sial karena suatu pertanda, dll.
b. Bebas dari syirik pada benda hidup : mengganti hukum Allah dengan hukum thaghut, pergi ke dukun, peramal, jin, dst.
c. Ikhlas, bebas dari riya’, ujub, sum’ah, dan syirik khafi lainnya. Ikhlas ketika niat, ikhlas ketika melakukan, ikhlas sejak selesai melakukan sampai mati.
d. Memahami bahwa Islam adalah sebuah konsepsi hidup yang syamil (menyeluruh), kamil (sempurna), dan mutakammil (integral).
e. Dzikrullah dalam setiap waktu dan keadaan.
f. Mengingat hari akhir dan bersiap menghadapinya.


Kedua, Ibadahnya Bener

Disebut juga 'shahihul-ibadah'. Pernahkah kita mengetahui sifat shalat, wudhu, shiyam, zakat, haji, dan ibadah-ibadah lain menurut Rasulullah saw? Ataukah kita sholat sekedarnya saja?

Ketiga, Akhlaqnya Kokoh

Atau 'Matiinul Khuluq'. Orang yang kokoh akhlaqnya tidak ima'ah (suka ikut-ikutan). Nggak latah pada trend, sebaliknya, orang yang kokoh akhlaqnya akan senantiasa melakukan perbaikan di masyarakat. Salah satu aspek yang terpenting dalam Islam khan akhlaq. Senyum pada sodara itu shodaqoh, lho!

Keempat, Kualitas Intelektual Tinggi

Bahasa kerennya 'mutsaqaful-fikr'. Seorang pemuda muslim kudu jadi orang yang cerdas dan berkadar intelektualitas tinggi. Inget Zaid bin Tsabit? Beliau menguasai bahasa Romawi beserta grammarnya hanya dalam 70 hari! Seorang muslim harus produktif menghasilkan karya-karya intelektual, seperti halnya Ibnu Taimiyah, Imam Nawawi, Ibnul Qayyim, dan para salafus-shalih umat ini. Ikuti dong lomba-lomba karya ilmiah, sering-sering baca buku, nulis cerpen, aktif di organisasi, dst.

Kelima, Fisiknya Kuat

Masa' pemuda loyo? Pemuda harus 'qowwiyul-jism' dong! Fisiknya harus kuat. Ingat, Allah lebih mencintai muslim yang kuat daripada muslim yang lemah. Bukankah yang kuat bisa membela yang lemah? Trus, seorang muslim juga jangan sering sakit-sakitan. Perhatikan makan, baik porsi maupun menunya. Rutinkan olahraga! Sekolahmu khan punya banyak fasilitas, walaupun seadanya. Kalo' perlu, nggabung aja sama sie-sie olahraga yang ada (Basket, Sepakbola, Bulutangkis, Pingpong, Taekwondo, dll.)

Keenam, Bisa Mandiri

Qadirun 'alal-kasb’ adalah karakter berikutnya dari seorang pemuda Islam. Jangan sampai pemuda Islam hanya bisa bergantung pada orang tua. Apalagi merengek minta dibeliin ini itu. Walaupun keluargamu kaya, cobalah untuk melatih lifeskillmu, insya Allah akan berguna di masa depan. Untuk masa SMU atau kuliah, paling tidak kita meminimalisir beban yang ditanggung orang tua kita untuk membiayai hidup kita.

Ketujuh, Bersungguh-sungguh

Seorang muslim haruslah bersungguh-sungguh bagi dirinya (mujahidu linafsihi). Kalo' ngerjain sesuatu jangan setengah-setengah. Cobalah berkomitmen dalam setiap aktivitas kita. Hasilnya akan lebih optimal. Gunakan kemampuan maksimal kita, apapun hasilnya. Allah menilai prosesnya, bukan hasil semata.

Kedelapan, Bermanfaat bagi orang lain

"Orang yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain...", begitu kata Rasulullah Muhammad saw. Islam adalah agama yang rahmatan-lil-'alamin. Seorang muslim pun harus demikian. Rasulullah yang hanya punya dua lembar pakaian pun kalau Qurban menyumbang 100 ekor unta! Begitulah, nafi'un lighairihi adalah sifat kedelapan dari pemuda idaman. Kata Rasulullah : "Belum beriman seseorang kalau dia belum mencintai saudaranya (sesama mukmin) seperti mencintai dirinya sendiri..." Coba cek diri kita. Apakah kita ingat saudara-saudara kita yang kesulitan makan, saat kita menghamburkan uang begitu saja?

Kesembilan, Teratur segala Urusannya

Manajemen yang bagus harus dimiliki oleh seorang pemuda muslim. Kalo' perlu, punyai buku agenda yang mengatur berbagai macam kegiatan kita, janji-janji kita, atau catatan uang yang masuk dan keluar. Jangan sampai manajemen seorang muslim amburadul. Ini yang disebut 'munazham li syu'unihi'

Kesepuluh, Menjaga Waktu

"Al-waqtu kasy-syaif..." gitu katanya pepatah arab. Waktu ibarat pedang, begitulah artinya kira-kira. Bener lho! Kalo' kita bisa menggunakan waktu dengan baik, maka waktu akan sangat berguna bagi kita. Tapi, kalo' kita menyia-nyiakannya, banyak musibah yang akan kita terima. Yuk, manfaatin waktu!

(diambil dari buletin Salam, buletin da'wah Rohis Al-Uswah SMA N 1 Jogja dengan perubahan seperlunya)

followers

RSS Subscribe