Rabu, 20 Mei 2009

seandainya Rasulullah berkunjung ke rumah kita


Seandainya Rasulullah Berkunjung ke Rumah Kita..

Bayangkan apabila Rasulullah saw dengan seizin Allah swt tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita...
Beliau datang dengan wajah tersenyum dan wajah bersih berseri di depan pintu rumah kita.
Apa yang akan kita lakukan?

Mestinya kita akan merasa berbahagia, memeluk beliau erat-erat lantas mempersilakan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian tentunya kita akan memohon dengan sangat agar Rasulullah saw sudi menginap beberapa hari di rumah kita.

Beliau tersenyum...
Tapi, barangkali pula kita meminta Rasulullah saw menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat CD dan play station yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkannya ke dalam.

Beliau tentu tersenyum...
Atau barangkali kita teringat pada gambar wanita mengumbar aurat yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang dengan tergesa-gesa.

Beliau tentu tersenyum...
Bagaimana bila kemudian Rasulullah saw bersedia menginap di rumah kita?
Barangkali kita akan teringat bahwa adik kita lebih hafal lagu barat ketimbang menghafal shalawat kepada Rasulullah saw.
Barangkali kita menjadi malu karena adik-adik kita tidak mengetahui sedikit pun sejarah Rasulullah saw, karena kita lupa dan lalai mengajari adik-adik kita.

Beliau tentu tersenyum...
Barangkali kita menjadi malu karena adik kita tidak mengetahui satu pun nama keluarga Rasulullah dan sahabat, tetapi hafal di luar kepala nama tokoh-tokoh film kartun kesukaannya. Barangkali kita terpaksa menyulap satu kamar menjadi ruang shalat.
Barangkali kita baru sadar bahwa para wanita di rumah kita tidak memiliki satu pun pakaian yang pantas dipakai berhadapan dengan Rasulullah.

Beliau tentu terssenyum...
Belum lagi koleksi kaset kita dan adik-adik kita.
Belum lagi koleksi poster di kamar kita dan adik-adik kita.
Ke mana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita?
Barangkali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk di depan televisi.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tak pernah menjalankan shalat sunah.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tak biasa membaca Al-Qur'an.
Barangkali kita menjadi malu karena kita tidak mengenal tetangga sebelah rumah kita.

Beliau tentu tersenyum...
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita.
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah saw menanyakan nama penjaga masjid di kampung kita.

Betapa beliau masih ada di situ...
Bayangkan apabila Rasulullah saw tiba-tiba muncul di depan pintu rumah kita...
Apa yang akan kita lakukan?

Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilakan beliau masuk dan menginap di rumah kita?
Ataukah akhirnya dengan berat hati kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan membuat repot dan malu?

Maafkan kami ya Rasulullaah...
Masihkah beliau tersenyum?
Senyum pilu, senyum sedih, dan senyum getir...

Masya Allah...
Betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah.

(diambil dari buletin Salam, buletin da'wah Rohis Al-Uswah SMA N 1 Jogja)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

followers

RSS Subscribe