Senin, 22 Juni 2009

Mengatasi Anak yang Bandel

Suatu ketika, ada seorang ibu yang mengeluh mengenai anak laki-lakinya. Dia bercerita, anak sulungnya itu sudah kelas V SD. Dia bandel, berani membantah ibunya. Hanya pada ayahnya dia takut. Sang ibu sangat heran dengan perilaku anaknya itu. Anaknya sering membolos sekolah. Bahkan dalam satu pekan sering hanya masuk 3 hari. Wali kelasnya pernah beberapa kali datang ke rumah membujuknya agar kembali ke sekolah. Saat ulangan umum semester pun, wali kelasnya mengantarkan soal agar dikerjakan di rumah. Anaknya rajin menonton televisi, tapi malas mengerjakan sholat.

Pernah suatu waktu, sang ibu pergi ke rumah orang tuanya yang berjarak 30 km dari rumahnya. Hal ini dilakukan karena sangat jengkelnya dengan perilaku anaknya dan merasa terbebani karena dianggap tidak mampu mendidik anaknya. Maka tinggallah sang ayah dan si anak saja di rumah. Kemudian sang ayah mengatakan kepada anaknya itu, bahwa ibunya tidak akan pulang sebelum si anak menjemput sendiri dan meminta maaf. Mendengar ayahnya mengatakan seperti itu, si anak kemudian naik sepeda menuju rumah neneknya.

Dengan adanya kejadian ini, sang ibu berpikir, anaknya telah berubah. Namun tak disangka, rupanya sang anak kembali seperti sedia kala. Masih mengulangi perbuatan yang membuat ibu dan ayahnya kewalahan.

Si ibu bercerita, sudah berbagai cara dilakukan untuk “menyembuhkan” anaknya ini. Menakut-nakuti si anak, bahwa berani kepada orang tua itu berdosa dan kelak akan tinggal dan disiksa di neraka. Bahkan ke psikolog sudah pernah, ke kyai juga sudah dilakukan. Apa yang disarankan oleh tetua kampung untuk “mbancaki” pun juga sudah dilakukan. Tapi rupanya anak sulungnya juga tidak berubah kondisinya.

Yang ada dalam benak sang ibu adalah, bagaimana anaknya kelak ketika sudah beranjak remaja, setelah masuk ke SMP atau sudah besar nanti, apakah akan tetap seperti itu. Lagipula pelajaran di sekolah saat ini juga sulit, apakah anaknya kelak dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Thrung thuung thung…………………
Aku terhenyak mendengar cerita ibu ini. Aku hanya menghela napas panjang. Ups….betapa tidak ringan tugas seorang ibu. Dalam hati, saya berpikir………duh, saya kan belum pernah jadi ibu, kok dicurhati soal begini ya. :D Tapi tak apalah. Ini cara Allah mendewasakanku ……………Dan saya jadi tertantang juga. Bagaimana mengatasi anak seperti ini. Meski belum menikah, bukan berarti dilarang menulis tentang ini kan? :D

Kucoba membaca buku-buku tentang mendidik anak. Seni Mendidik Anak Tanpa Kekerasan karya Dr. Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini. Ada yang membuat saya tertarik untuk mengambilnya dari buku itu. Beliau menuliskan, ada beberapa hal yang menyebabkan anak menentang orang tuanya. Antara lain :

Ø Kesalahpahaman dan ketidakmengertian
Adakalanya menurut orang tua, perintah yang diberikan kepada anak sudah jelas dan gamblang. Namun rupanya, tidak demikian menurut anak. Anak memang merasa kurang mengerti akan apa yang diperintahkan oleh orang tuanya. Anak biasanya kemudian datang dan meminta maaf dan menanyakan apa yang dimaksud oleh orang tua. Biasanya anak seperti ini, karena sedang berkonsentrasi pada hal lain, misalnya : sedang makan, sedang bermain, sedang mengerjakan PR, dll.

Cara mengatasi
: Saat anak terlena dengan “dunianya” maka, ulangilah perintah itu, atau angkat sediki suara dan sentuhlah dia hingga dia ingat, kemudian ulangilah perintahnya tanpa emosi ataupun marah. Berbaik sangkalah terhadapnya, bahwa ia tidak sengaja. Berbaik sangka terhadap muslim wajib hukumnya, apalagi terhadap anak.

Ø Mencari perhatian dan dukungan
Bisa jadi, anak membangkang karena ingin mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Hal ini bisa saja terjadi, salah satunya karena anak merasa jarang diperhatikan dan hanya bisa berdialog ketika ada yang tidak benar pada anak.

Cara mengatasi : mencari motif, kenapa anak melakukan hal itu dan dilanjutkan dengan mengalihkan perintah kepada anak yang lain atau mengerjakan sendiri pekerjaan itu. Dengan demikian, anak akan berterus terang. Dengarkan ia. Sebaiknya langkah ini juga dilaksanakan pada waktu yang tepat untuk mengetahui penyebab anak mencari perhatian.

Ø Menunda-nunda
Kadang-kadang anak sengaja menolak langsung untuk mengerjakan sesuatu. Dia terpaksa berjanji untuk melaksanakan. Dia pun menundanya hingga merasa siap untuk melaksanakan perintah itu. Hal ini dapat disebabkan karena ketidakmampuan, cara yang kurang sesuai dalam memerintah, atau malas dan capek.

Cara mengatasi : Kadang anak merasa tidak mampu untuk mengerjakan karena tidak kuat, belum sampai pikirannya, atau karena malu. Untuk itu, pahamilah bahwa penentangan bisa jadi merupakan ekspresi dari ketidakmampuan. Kadang-kadang orang tua juga memberi perintah kepada anak tanpa melihat situasi, atau saat anak merasa lelah. Untuk itu, lihatlah kondisi, apabila anak sedang lelah, mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk melaksanakan dalam keadaan tidak terpaksa.

Ø Menolak Perintah Orang Tua Tanpa Sebab
Kadang-kadang anak menolak melakukan sesuatu dan menunjukkan bahwa “Saya tidak mau”. Dalam hal ini, ada beberapa cara untuk mengatasinya, antara lain :
o Mengajari anak arti ketaatan dalam hal yang disukai maupun yang dibenci selama tidak dalam kemaksiatan
o Menggunakan cara yang baik dan sesuai ketika meminta
o Menggunakan kata-kata yang santun ketika menyuruh
o Memahami halangan anak jika memang keadaan demikian
o Menjelaskan sebab ketika berbeda pendapat dengan anak atau menjelaskan manfaat bagi orang tua dan anak dalam melaksanakan perintah tersebut
o Menjelaskan sebab-sebab lainnya yang dapat mendekatkan jarak antara anak dan orang tua, khususnya dalam hal berbakti kepada orang tua dan pahala akan yang didapat.

Rasanya mungkin tidak mudah melakukan semua itu. Namun ada hal yang memotivasi untuk mendidik anak sedemikian rupa, agar menjadi anak yang sholeh. Betapa membahagiakannya memiliki anak yang sholeh. Aset yang sangat berharga, yang membuat pahala tak akan terputus meski ruh telah lepas dari jasad.

Untuk mendidik anak agar menjadi anak yang sholeh, qurrota a’yun, tak cukup hanya dengan salah satu ilmu mendidik anak ini, akan tetapi ada banyak hal yang juga diperlukan.


- purnawae -
(alumni SMA N 7 Jogjakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

followers

RSS Subscribe